Mohon tunggu...
arin nofayani
arin nofayani Mohon Tunggu... mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab FAI UAD

seorang anak perempuan yang ingin mencoba mencintai literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rene Descartes: Filsuf Barat Pra-Abad ke-20-Biografi dan Pemikirannya

21 Juli 2025   22:02 Diperbarui: 21 Juli 2025   22:02 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rene Descartes ( Sumber : Wikipedia )

Profil Rene Descartes

Rene Descartes, atau dalam bahasa Latin dikenal sebagai Renatus Cartesius, lahir pada 31 Maret 1596 di La Haye en Touraine, Prancis dari keluarga borjuis yang cukup terpandang. Ia merupakan anak dari seorang pengacara dan dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung pendidikan. Descartes menempuh pendidikan awalnya di Kolese Jesuit La Flche antara tahun 1604 hingga 1612, di mana ia memperoleh dasar-dasar pendidikan klasik dan ilmu pengetahuan, termasuk matematika dan logika. Setelah itu, ia melanjutkan studi hukum di Universitas Poitiers, namun kemudian ia lebih tertarik pada pencarian pengetahuan sejati yang tidak tergantung pada otoritas luar.

Kebosanannya terhadap lingkungan akademik yang otoriter membawanya mengasingkan diri ke berbagai tempat, termasuk Belanda, tempat di mana sebagian besar karya-karyanya ditulis dan diterbitkan. Pada tahun 1619, dalam masa pengabdiannya sebagai tentara di Bavaria, ia mengalami pengalaman intelektual mendalam yang disebutnya sebagai "wahyu ilahi", bahwa semua pengetahuan harus dibangun atas dasar yang kokoh dan tak terbantahkan. Dari situlah ia mulai mengembangkan metode rasional dan skeptis sebagai fondasi pemikirannya.

Descartes dikenal sebagai tokoh utama dalam filsafat modern karena menggagas pendekatan baru yang berbeda dari filsafat skolastik dan metafisika tradisional. Ia memperkenalkan metode keraguan metodologis untuk membongkar segala keyakinan lama dan membangun kembali pengetahuan dari nol. Dari proses itu lahirlah premis terkenalnya: "Cogito, ergo sum" ("Saya berpikir, maka saya ada") sebuah kesimpulan fundamental yang menurutnya tidak bisa diragukan.

Selama hidupnya, ia menghasilkan sejumlah karya penting, di antaranya:

  • Discours de la Mthode (1637) -- Uraian tentang metode berpikir.
  • Meditationes de Prima Philosophia (1641) -- Renungan tentang filsafat pertama.
  • Principia Philosophiae (1644) -- Prinsip-prinsip filsafat.
  • Treatise of the World -- sebuah karya dalam bidang sains dan astronomi yang mendukung pandangan heliosentris Copernicus.

Dari semua karya rene Descartes, karya yang terkenal adalah pada saat Descartes menuliskan dalam bagian otobiografinya dari Discourse (1637) bahwa, ketika ia meninggalkan sekolah, "Saya mendapati diri saya diliputi oleh begitu banyak keraguan dan kesalahan sehingga saya berpikir bahwa saya tidak memperoleh apa pun dari upaya saya untuk menjadi terpelajar selain dari semakin menyadari ketidaktahuan saya. Namun, selanjutnya, ia tidak "berhenti menghargai latihan-latihan yang dilakukan di sekolah-sekolah", karena bahasa, dongeng, pidato, puisi, matematika, moral, teologi, dan filsafat semuanya memiliki nilai, seperti halnya yurisprudensi, kedokteran, dan ilmu-ilmu lainnya (termasuk teknik) yang berfungsi sebagai profesi dan yang dapat dipelajari seseorang setelah menghadiri sekolah seperti La Flche. Ia mencatat kontradiksi dan ketidaksepakatan yang melanda filsafat dan dengan demikian menginfeksi ilmu-ilmu yang lebih tinggi (termasuk kedokteran) "sejauh mereka meminjam prinsip-prinsip mereka dari filsafat"

Descartes hidup berpindah-pindah antara Belanda dan Prancis, hingga akhirnya menerima undangan Ratu Christina dari Swedia untuk menjadi pengajar filsafat di istananya. Sayangnya, iklim dingin dan jadwal mengajarnya yang sangat pagi membuat kesehatannya memburuk. Ia wafat karena radang paru-paru (pneumonia) pada 11 Februari 1650 di Stockholm, Swedia. Sebagai filsuf, matematikawan, dan ilmuwan, Descartes tak hanya memengaruhi filsafat, tetapi juga sains modern. Ia meletakkan dasar bagi filsafat rasionalisme, memperkenalkan dualisme jiwa dan tubuh, serta merintis pendekatan subjektif dalam epistemologi, yang menempatkan manusia dan akalnya sebagai pusat refleksi dan sumber pengetahuan. Dalam pandangannya, akal adalah alat utama untuk mencapai kebenaran yang pasti, dan Tuhan sebagai makhluk sempurna tidak mungkin menipu manusia, sehingga keberadaan realitas material juga bisa dipastikan melalui akal. Warisan pemikiran Descartes terus hidup dalam tradisi filsafat dan ilmu pengetahuan hingga kini, menjadikannya salah satu figur paling penting dalam sejarah intelektual Barat dan dunia.

Pemikiran Rene Descartes

Rene Descartes merupakan tokoh sentral dalam sejarah filsafat modern yang pemikirannya berhasil menggeser paradigma dari tradisi filsafat skolastik menuju pendekatan baru yang berbasis akal dan rasionalitas. Salah satu sumbangan utamanya adalah pengembangan rasionalisme, yaitu pandangan yang meyakini bahwa akal (rasio) merupakan sumber utama dan paling dapat diandalkan dalam memperoleh pengetahuan sejati. Descartes menolak ketergantungan pada pengalaman inderawi ataupun otoritas tradisi keagamaan, karena keduanya dianggap dapat menyesatkan. Menurutnya, kebenaran hanya dapat dicapai melalui ide-ide yang jelas dan terpilah (ideas claires et distinctes), yakni pikiran yang terang-benderang dan tidak membingungkan. Pendekatan inilah yang kemudian menjadi ciri khas dari filsafat modern.

Untuk membangun fondasi pengetahuan yang kokoh, Descartes mengembangkan apa yang disebut sebagai Metode Keraguan (method of doubt). Ia meragukan segala hal, termasuk pengetahuan indrawi, kebenaran umum, bahkan prinsip matematika dan logika. Dari keraguan total ini, Descartes menemukan satu kebenaran yang tidak dapat diragukan, yaitu bahwa dirinya sedang berpikir. Maka muncullah premis yang sangat terkenal: "Cogito, ergo sum" ("Aku berpikir, maka aku ada"). Bagi Descartes, keberadaan diri sebagai subjek berpikir adalah satu-satunya dasar pengetahuan yang benar-benar pasti. Dari sinilah ia membangun seluruh sistem filsafatnya, dengan menempatkan akal manusia sebagai poros utama pencarian kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun