Mohon tunggu...
Arini Nurrohmah
Arini Nurrohmah Mohon Tunggu... -

mahasiswi prodi ilmu komunikasi 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Event Lokal Mengusung Akulturasi

15 September 2014   18:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:38 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah menjadi rahasia umum apabila Kota Yogyakarta memiliki sebutan lain seperti  ‘kota pelajar’, ‘kota gudeg’ bahkan ‘kota para seniman’ .Semua sebutan itu disematkan bukan karena tanpa alasan.Contoh saja ‘kota para seniman’,sebutan tersebut diberikan kepada Kota Yogyakarta sebagai penghargaan nonformal atas kontribusinya dalam meramaikan ranah kesenian di Indonesia.Banyaknya para tokoh seni diatas panggung maupun dibawah panggung yang tercetak dari Kota Yogyakarta menjadi faktor mengapa ia diberi sebutan ‘kota para seniman’.Selain itu,agenda kesenian yang selalu rutin digelar serta konsisten dijaga selama bertahun-tahun menjadi faktor lainya.

Tak khayal banyak pihak memanfaatkan kesempatan ini untuk ikut berpartisipasi menampilkan acara yang bertajuk kesenian di Kota Yogyakarta dengan kemasan beragam.Mulai dari gelaran konser musik,teater,tari,pasar seni,fashion show dijalanan dengan kostum olahan  barang bekas dan masih banyak lagi.Pihak-pihak penyelenggaranya pun kini tak hanya datang dari instansi pemerhati kesenian dan kebudayaan serta EO dari sebuah produk saja,namun perguruan tinggi serta sekolah menengah keatas ataupun kejuruan di dalam Kota Yogyakarta pun sudah banyak yang ikut menyemarakan dan menampilkan pekan kesenian.Dengan mulai adanya beberapa perguruan tinggi serta sekolah menengah keatas ataupun kejuruan yang ikut berpartisipasi dalam melestarikan kesenian budaya sendiri,menambah panjang agenda pekan kesenian di kota ‘berhati nyaman’ ini.

Pekan kesenian yang baru-baru ini hangat diperbincangkan adalah ArtJog.Gelaran seni rupa bertajuk kontemporer yang diselenggarakan sejak 7 Juni hingga 22 juni 2014 tersebut menghadirkan 105 karya yang dipilih dari 1.240 aplikasi karya,dengan mengambil tema ‘Legacies of Power’.Tempat yang dipilih untuk disulap menjadi karya yang mengejutkan ialah Taman Budaya Yogyakarta (TBY).Para perupa muda seperti Samsul Arifin yang menampilkan imaginernya dalam bentuk boneka karung gandum,ada pula Abramovic yang berasal dari Amerika,membawakan ‘8 Lesson on Emptiness with a Happy End’ yang disuguhkan melalui Multi-channel Video Installation,dan masih banyak lagi perupa terkenal maupun pemula yang mampu menarik banyak penyuka seni serta wisatawan lokal maupun luar untuk menikmatinya.

Mengekor kesuksesan ArtJog yang tiap tahunnya dinanti.Sebuah pagelaran pekan seni rakyat lain yang mampu dinikmati khalayak umum dengan lebih mudah karena tak harus membeli tiket adalah Festival Kesenian Yogyakarta (FKY).

Mari kita menilik sejenak tentang sejarah FKY sebelum kita membahas acara apa saja yang disuguhkan FKY.Menurut http://www.infofky.com FKY lahir pada tanggal 7 Juli 1989,bersamaan dengan peringatan 40 tahun ‘Jogja Kembali’ dan dibangunnya Monumen Jogja Kembali.Namun,Ide adanya pekan seni FKY bagi Yogyakarta telah ada sejak tahun 1970. Hanya karena terbatasnya dana dan belum masak sampai pada waktunya, gagasan itu tertunda pemunculan dan realisasinya.Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) telah melakukan kiprahnya selama 24 tahun. Dan di tahun 2014 ini memasuki penyelenggaraan yang ke-26.

FKY yang ke-26 ini dimulai pada tanggal 26 Agustus hingga 9 September 2014. Tepatnya di Plasa Ngasem,Taman Sari,0 km serta sekitaran BNI acara tersebut digelar .Yang berbeda dari FKY dibanding pekan seni lainya ialah nuansa yang diusung setiap harinya selalu berbeda.

Salah satu contohnya,pada saat malam minggu tanggal 6 September 2014.FKY mengusung tema berbau kebudayaan Bali.Walaupun diselenggarakan di Yogyakarta,namun tak ada salahnya disetiap event rakyat seperti ini diberi bumbu bernuansa budaya nusantara bukan?.Tampilan tari kecak,reog serta wayang kulit seakan menyatu dan menghasilkan sebuah karya seni yang tak terlupakan bagi para pengunjung FKY hari itu.Tata letak lampu yang disetting tak begitu terang,seakan menguatkan suasana yang memang sengaja dibuat bertemakan Jogja-Bali.Tamu undangan yang datang pun memperkuat nuansa FKY malam itu dengan adanya bapak bupati Bali beserta istri.

Selain dari pengisi acara dan para tamu undangan yang berbeda dibandingkan event-event yang pernah diselenggarakan di Yogyakarta.Pendukung acara diluar panggung pun tidak kalah menarik,beberapa diantaranya stand makanan,pakaian dan perak-pernik unik tersedia disana.Dari stand makanan,menyediakan makanan mulai dari pedagang kaki lima hingga kelas menengah.Stand pakaian,didominasi oleh distro lokal dengan membawa tema nasionalisme hingga tema hardcore gaya anak muda masa kini.Sedangkan stand pernak-pernik ada yang mengusung tema recycle ada pula yang memilih trend ter-in anak muda masa kini.

Karena itulah tak heran kalau pekan seni FKY malam itu tak sepi dari pengunjung.Semakin malam,malah semakin berjubel.Pengunjung pun didominasi oleh anak muda yang membawa  teman-temannya bahkan kekasihnya,namun tak sedikit pula pengunjung yang membawa keluarganya untuk berbelanja atau sekedar berjalan-jalan menikmati malam minggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun