Mohon tunggu...
Arini Saadah
Arini Saadah Mohon Tunggu... Penulis - Suka nulis, tapi tidak tahu apa yang hendak ditulis.

Pernah menjadi mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi di Ponorogo.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Soesilo Ananta Toer dan Hakikat Manusia

11 Desember 2019   17:19 Diperbarui: 11 Desember 2019   17:27 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua bayi yang lahir sudah mempunyai watak dan sifat seutuhnya sebagai manusia. Tinggal bagaimana ia dididik oleh lingkungan. Hingga berabad-abad, teori ini dipercaya umat manusia. Lalu John Locke muncul untuk mengenalkan teori Tabularasa. Sekian abad kemudian hari dibetulkan oleh Nocolen, untuk menguji anda orang baik atau tidak dengan diberi jabatan. Maka apakah anda berubah atau tidak.

Seseorang bisa dikatakan cerdas, menurut Soes, jikalau sudah membaca buku sebanyak 1500 buku.

Orang yang sadar untuk mencari hakikat hidupnya sendiri sangatlah minim. Padahal seperti yang dikatakan Multatuli, tugas manusia adalah menjadi manusia itu sendiri. Akan tetapi, para tokoh terdahulu tidak mengatakan dan mengajarkan bagaimana menjadi manusia itu.

Bagi Soesilo, semua orang dan binatang yang tangannya dua, berpotensi menjadi manusia. Tangan yang bergerak membuat otak berpikir. Bahkan Rene Descartes mengatakan "saya berpikir maka saya ada." Tangan ini gunanya untuk melahirkan pikiran. Awal manusia menjadi manusia adalah karena gerakan tangannya yang melahirkan kebermanfaatan.

Jadi manusia harus menjadi manusia. Soes berpesan kepada para hadirin malam itu, carilah hakikat hidup yang lebih absolut. "Saya kepengen menjadi manusia yang menciptakan nilai lebih atau nilai tambah. Hakikat hidup saya, saya ambil dari kata-kata Plautus, seorang dramawan Yunani Kuno. Anda Bukan Manusia kalau anda tidak mengerti hidup anda sendiri."

"Pikirkanlah apa yang anda sumbangkan untuk negri ini. Saya sudah menemukan hidup saya. Menjadi pemulung adalah kenikmatan abadi. Hidup itu jangan terlalu tegang, nikmati aja. Kalo terlalu serius, cepet mati. Hidup itu pakai bergurau aja."

Bahkan, ia bercerita tentang Socrates. Ketika Socrates mati oleh racun yang ia minum, ia ditunggui oleh istri dan anak-anaknya. Socrates menulis buku Apologia atau permintaan maaf Socrates usai minum racun.

Jadi, hakikat hidup dan kekuasaan itu menurut Dr. Soesilo Ananta Toer berjalan secara sejajar. Socrates itu seorang materilasme sejati. Ia mengatakan bahwa kematian adalah kenikmatan abadi. Maka jangan ditangisi. Akan tetapi, seperti yang dikatakan Pram, pikiran tidak bisa diberantas oleh apapun.

Kata Socrates, negara yang baik, terdapat pemimpin yang baik. Menurut John F. Kennedy, di dalam politik tidak ada kawan sejati. Hakikat hidup itu darimana kita memandang. Lahirnya kekuasaan pertama prototipe-nya lahir dari keluarga. Setiap negara punya cara tersendiri untuk membentuk kekuasaan. Menurut Thomas J. Verson, politik itu hanya seperti candu. Tidak tahu tujuannya apa. Soesilo menutup pembicaraannya dengan kalimat "Di dalam hidup buatlah apa yang berarti sebelum mati."

img-20191211-171054-jpg-5df0c24c097f364d032d48c2.jpg
img-20191211-171054-jpg-5df0c24c097f364d032d48c2.jpg
Diskusi masih berlangsung hingga hampir pukul 11 malam. Aula masih sesak dengan para hadirin yang sangat antusias untuk berdiskusi dengan Ayahanda Soesilo Ananta Toer. Baginya, sekolah sampai Perguruan Tinggi hanya membuat manusia menjadi pintar. Untuk itu harus cari pendidikan di luar sekolah, itu akan membuat anda lebih cerdas. Dan yang paling utama adalah mendidik diri sendiri yang akhirnya anda memiliki karakter.
Sekolah itu tidak perlu pinter-pinter. Pram itu cuman tamat SD. ia merasa dihina oleh bapaknya bahkan oleh gurunya sendiri. Tapi karya Pram telah mendunia.  Semua peristiwa yang Pram alami, Soesilo mengetahuinya. Maka, Soes berpesan "Didiklah dirimu sendiri, untuk menjadi manusia yang bermanfaat."
 
Soesilo hidup memegang prinsip teori hedonis. Hidup bukan cuma mencari kenikmatan, tapi berburu kenikmatan. Ia menggabungkan kenikmatan dan kesakitan menjadi satu. Supaya manusia tetap punya semangat memperjuangkan hidup dan kehidupan.

Seperti kata Albert Einstein, carilah pengalaman sebanyak-banyaknya, itulah basis pengetahuan manusia. Satu hari satu setengah juta peristiwa. Catat itu. Dengarkan dan perhatikan, maka manusia akan belajar dari banyak peristiwa.

Ponorogo, 11 Desember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun