Membaca adalah kegiatan yang sungguh luar biasa manfaatnya bagi kita. Selain menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, membaca sangat baik untuk menstimulasi otak. Menurut Taufiq Pasiak, dokter ahli otak dan tengkorak penulis buku “Revolusi IQ/EQ/SQ dan Mangement Otak” membaca dapat mengolahragakan otak. Sama seperti otot –otot dalam tubuh, otak juga membutuhkan latihan agar tetap sehat dan kuat. Salah satu caranya adalah dengan membaca. Penelitian menunjukan bahwa menstimulasi otak dengan cara membaca dapat memperlambat, bahkan mencegah penyakit Alzheimer dan Dimensia atau pikun. Karena membaca akan meningkatkan daya ingat. Selain itu membaca juga dapat meningkatkan fokus. Pada saat membaca buku otak kita lebih fokus pada apa yang dibaca. Hal ini akan melatih kita untuk dapat fokus dalam melakukan berbagai macam kegiatan atau rutinitas keseharian yang lain.
Di kalangan remaja yang beranjak dewasa lebih tepatnya siswa SMA harusnya membaca menjadi kegiatan sehari-hari rutin yang dilakukan walaupun hanya dalam hitungan menit saja. Janganlah kemudian budaya membaca akan tergantikan dengan budaya utak atik gadget sambil mata fokus ke HP dan tak peduli saat orang lewat di depannya, sungguh ironis sekali saat hal ini tampak di depan mata kita dan diam itulah yg bisa kita lakukan. No no no kita semua tidak ingin generasi emas Indonesia menjadi generasi anti baca buku. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh New York University menunjukan bahwa membaca dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain atau berempati pada orang lain. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan yang lebih baik dengan orang sekitarnya. Hal ini sangat penting untuk membangun karakter anak.
Saat seorang siswa membaca buku, maka tantangan pertama adalah memunculkan karakter dari tokoh dalam buku tersebut, misal buku cerita dongeng bawang putih dan bawang merah, bagaimana dalam buku itu detail sekali menggambrakan bagaimana watak jelek seorang bawang merah dan bagaimana watak baik seorang bawang putih. Nah tanpa mereka sadari dari cerita ini muncul sebuah karakter yang mungkin perlu dicontoh dan juga harus ditinggalkan.
Mari kita mulai dengan kegiatan sederhana di tempat kita di sekitar kita baik di rumah maupun di sekolah. Saat kita mendampingi anak-anak di sekolah mulai jam 07.00 sampai kurang lebih jam 15.00 pasti bisa sisihkan sekian menit untuk membaca. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) misalnya ini adalah wadah yang disiapkan oleh sekolah bagi para siswa dan guru untuk membuka jendela dunia. Apakah kita semua bisa membayangkan jika saat jam istirahat seluruh siswa dan guru membiasakan membaca walaupun 10 menit saja, betapa mata dan hati kita akan slalu terbuka untuk menerima sekian perbedaan, betapa sebagai seorang guru bekal kita akan bertambah saat terbiasa membaca.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membiasakan membaca, dimulai dari hal-hal sederhana namun bermakna. Pertama melalui kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sesuai Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang wajib Penumbuhan Budi Pekerti, pada tahap pembiasaan membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Kegiatan pembiasaan ini benar-benar harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan menjadi moment penting bagi siswa untuk menumbuhkan minat membaca tanpa paksaan, membaca sesuai dengan buku yang diminatinya, buku cerpen, buku puisi, buku pelajaran, buku novel dan sebagainya. Siswa pun bisa memanfaatkan buku bacaan di perpustakaan ataupun di pojok baca kelas dan memanfaatkan buku bacaan dalam gerobak baca yang diposisikan di halaman sekolah .
Tanpa kita sadari mereka berpetualang menemukan hal-hal baru setelah membaca. Kedua kegiatan membaca ini bisa kita buat senyaman mungkin, semenarik mungkin dan tentu saja harus membuat mereka senang dan Bahagia. Misalnya yang bisa kita lakukan sebagai seorang guru adalah dengan mengadakan event lomba membaca puisi, lomba merisensi buku, lomba mendongeng yang dilaksanakan pasca ujian kenaikan kelas dengan iming-iming hadiah yang juga menggiurkan, sehingga siswa tertarik untuk bergabung mengikuti event tersebut.
Ketiga untuk memupuk rasa gemar membaca bisa dikemas juga dalam bentuk reward bagi siswa/guru/pembaca yang rajin berkunjung ke perpustakaan dengan menghitung jumlah kunjungan dan kemudian bagi pembaca dengan frekuensi terbanyak berkunjung ke perpustakaan dan meminjam buku maka akan mendapatkan reward, dan harapannya hal-hal seperti ini akan memotivasi siswa untuk gemar membaca. Keempat untuk lebih meningkatkan motivasi siswa gemar membaca sesekali kita perlu menghadirkan tokoh inspiratif seperti pendongeng, penulis buku, penulis novel, sastrawan yang akhirnya siswa akan sangat termotivasi dengan keberhasilan dan kesuksesan para tokoh ini. Hal ini akan semakin menguatkan keyakinan siswa bahwa membaca akan membawa kesuksesan pada masa depan mereka.
Marilah Bersama-sama kita mengawal generasi emas Indonesia dengan membudayakan gemar membaca. Dalam Al Qur’an Surat Al Alaq ayat pertama “Iqra’ / bacalah” dan ini sudah sangat jelas mengisyaratkan bahwa dalam Islam pun sangat dianjurkan untuk rajin membaca. Manakala budaya membaca sudah tertanam kuat di kalangan remaja, perlahan tapi pasti negeri kita tercinta Indonesia kedepan pasti akan menjadi negara besar dan berperadaban tinggi. Bukan menjadi negara yang carut – marut tanpa konsep dengan tingkat literasi yang hanya menempati posisi ke-60 dari 61 negara. Bukalah hati dan pikiran kita dengan membaca, dan bukalah jendela dunia dengan membaca.
“Buku adalah teman yang paling tenang dan paling setia; itu adalah konselor yang paling mudah diakses dan paling bijaksana, dan guru yang paling sabar.” – Charles W. Eliot
“Teruslah membaca. Itu adalah satu di antara petualangan paling menakjubkan yang bisa dimiliki siapa pun.” – Lloyd Alexander
“Buku dan pintu adalah hal yang sama. Kamu membukanya, dan kamu pergi ke dunia lain. ” – Jeanette Winterson
“Buku adalah sihir portabel yang unik.” – Stephen King