Mohon tunggu...
Arindi DianSawitry
Arindi DianSawitry Mohon Tunggu... S1

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramadhan Waktu Untuk Menyentuh Hati Sendiri

24 Maret 2025   10:12 Diperbarui: 24 Maret 2025   10:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap kali bulan Ramadhan tiba, saya merasakan kehadiran kesempatan baru yang berharga. Bulan suci ini bukan hanya sekadar waktu untuk memperbanyak ibadah, tetapi juga momen yang sangat tepat untuk melakukan refleksi diri yang mendalam. Di luar bulan ini, kehidupan seringkali berjalan dengan cepat dan padat. Bangun pagi, bekerja, kuliah, menyelesaikan tugas, dan mengurus rumah---semua itu berlangsung dengan ritme yang kadang membuat kita lupa untuk berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: "Apakah aku sudah hidup dengan sadar? "

Namun, saat Ramadhan hadir, semuanya seolah melambat. Suasana menjadi lebih tenang dan memberikan ruang bagi jiwa untuk merenung. Tidak hanya tentang perut yang kosong karena berpuasa, tetapi juga tentang hati yang ingin diisi kembali. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus; ini merupakan latihan untuk menahan diri dari hal-hal yang dapat mengotori jiwa---perkataan yang menyakitkan, pikiran negatif, kemarahan yang meledak-ledak, dan kebiasaan lalai yang sering tidak kita sadari.

Saya menyadari bahwa Ramadhan mengajarkan kedisiplinan dalam bentuk yang sangat nyata. Kita diajak untuk mengatur waktu dengan baik---kapan bangun, saat sahur, waktu berbuka, dan kapan beribadah. Kegiatan sehari-hari yang semula terasa sangat instan, mulai terasa lebih terukur dan bermakna. Kita mulai membiasakan diri bangun lebih awal, tidak hanya untuk sahur, tetapi juga untuk menyapa Tuhan dalam kesunyian malam. Kita mulai merencanakan ulang jadwal harian agar ada waktu untuk membaca Al-Qur'an, memperbanyak sedekah, atau sekadar memperbaiki hubungan dengan sesama.

Salah satu pengalaman yang paling saya rasakan selama Ramadhan adalah hadirnya ketenangan yang menyelimuti hati. Meskipun tubuh mungkin merasa letih karena berpuasa dan beraktivitas, hati justru terasa lebih ringan. Mungkin karena di bulan ini kita lebih dekat dengan Allah, lebih sering menyebut nama-Nya, lebih sering berdoa, dan merenungi makna hidup. Momen sahur dan berbuka pun menjadi saat-saat yang hangat. Kebersamaan bersama keluarga, yang mungkin sulit ditemui di bulan-bulan lainnya, justru menjadi rutinitas yang mempererat kasih sayang. Percakapan kecil saat menunggu azan maghrib, senyuman saat menyuapkan makanan, dan doa bersama yang khusyuk---semua itu adalah berkah yang tak ternilai.

Lebih dari itu, Ramadhan juga menyadarkan saya akan kenyataan bahwa ada banyak orang di luar sana yang hidup dalam kekurangan. Saat kita menahan lapar, kita menjadi lebih mampu merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang setiap hari harus berpuasa---bukan karena ibadah, melainkan karena kemiskinan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun