Mohon tunggu...
Arina Zahra
Arina Zahra Mohon Tunggu... Indonesian education university

Elementary School Teacher Education Department Student

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerajaan Islam di Sulawesi dan Maluku

20 Maret 2025   18:28 Diperbarui: 20 Maret 2025   18:28 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kerajaan Gowa Tall0 (Sumber: Pinterest/Micha Pokitko)

Kerajaan Islam di Sulawesi

  • Kerajaan Gowa dan Tallo (Makasar) di Sulawesi

Kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Makasar, terletak di Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan ini menjalin hubungan erat dan berkembang sebagai kerajaan maritim yang kuat karena posisinya yang strategis di perairan timur Indonesia.

Sebelum abad ke-14 M, raja-raja di Makasar belum memeluk Islam. Baru setelah kedatangan seorang ulama dari Sumatra bernama Dato' Ri Bandang, Islam mulai berkembang di kerajaan ini. Raja Makasar pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alauddin (1591-1638 M), yang sebelumnya dikenal dengan nama Karaeng Ma'towaya Tumamenanga.

Pada masa pemerintahannya, Islam berkembang pesat, dan Makasar semakin maju sebagai kerajaan maritim. Makasar dikenal sebagai penghasil perahu layar khas, seperti Pinisi dan Lambo, yang masih terkenal hingga kini. Setelah Sultan Alauddin wafat, kerajaan dipimpin oleh Muhammad Said (1639-1653 M), meskipun sedikit catatan sejarah yang menggambarkan masa pemerintahannya.

Raja yang paling terkenal dari Makasar adalah Sultan Hasanuddin (1653-1667 M), yang berhasil mengembangkan perdagangan dan memperluas wilayahnya hingga ke Luwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Ia juga berusaha mengusir VOC dari Maluku dan karena keberaniannya melawan Belanda, ia mendapat julukan "Ayam Jantan dari Timur".

Namun, upayanya terhambat oleh Aru Palaka, Raja Bone yang bersekutu dengan Belanda. Pada tahun 1667, dengan bantuan Bone, Belanda memaksa Makasar menandatangani Perjanjian Bongaya, yang memberi VOC hak monopoli dagang dan mendirikan Benteng Rotterdam di Makasar. Selain itu, Makasar harus melepaskan daerah kekuasaannya, termasuk Bone dan Soppeng.

Setelah Sultan Hasanuddin turun takhta pada tahun 1669, kekuasaan beralih ke putranya, Mapasomba. Makasar tetap dikenal sebagai kerajaan maritim yang unggul, dengan pelaut-pelautnya yang tangguh dan keahlian mereka dalam membangun kapal-kapal kuat seperti Pinisi, Lambo, dan Padewalang. Selain itu, Makasar memiliki sistem hukum perdagangan yang dikenal sebagai Ade Allopiloping Bicaranna Pabbalnie, yang mengatur perdagangan di wilayahnya.

Foto Kerajaan Ternate (Sumber: Pinterest/cahayamu)
Foto Kerajaan Ternate (Sumber: Pinterest/cahayamu)

Kerajaan Islam di Maluku

  • Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Maluku Utara, berpusat di Pulau Ternate dan Pulau Tidore. Wilayah kekuasaannya meluas hingga ke sebagian Papua. Ekonomi kedua kerajaan ini bertumpu pada hasil rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala, yang sangat diminati oleh bangsa Eropa sejak abad ke-12 M.

Karena kepentingan dagang, kerajaan-kerajaan di Maluku membentuk aliansi politik untuk mempertahankan kendali perdagangan. Ternate memimpin persekutuan Uli Lima yang mencakup Obi, Balan, Seram, dan Ambon, sedangkan Tidore memimpin Uli Siwa, yang meliputi Makyan, Jailolo, dan wilayah sekitar Papua.

Ketika bangsa Portugis (1512 M) dan Spanyol (1512 M) tiba di Maluku, mereka mulai berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Portugis membangun Benteng Sao Paolo di Ternate, tetapi kehadiran mereka memicu perlawanan dari Sultan Hairun (1559 M), yang menolak dominasi Portugis. Namun, Sultan Hairun dibunuh pada tahun 1570 M, diduga atas perintah pejabat Portugis.

Kekuasaan kemudian beralih ke Sultan Baabullah, yang berhasil mengusir Portugis dari Ternate pada tahun 1578 M. Setelah terusir dari Ternate, Portugis pindah ke Timor, tempat mereka bertahan hingga tahun 1976 M.

Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya dan memperluas wilayahnya hingga ke Maluku, Sulawesi, Papua, Mindanao (Filipina), dan Bima. Karena keberhasilannya, ia dijuluki "Tuan dari 72 Pulau".

Maluku dikenal sebagai "Spice Island" di dunia internasional karena kekayaan hasil rempah-rempahnya yang sangat berharga. Hal ini menjadikan Ternate dan Tidore sebagai pusat perdagangan yang penting dalam sejarah Indonesia.

 

Referensi:

Tim Penulis. (n.d.). Sejarah Kebudayaan Islam. Kementerian Agama RI.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun