3. Kebingungan Emosional
Tanpa bimbingan orang tua, anak sering tidak tahu bagaimana menyalurkan marah, sedih, atau kecewanya. Akibatnya, mereka bisa menjadi pribadi yang mudah tersulut emosi atau justru terlalu menekan perasaannya hingga sulit terbuka pada orang lain.Â
4. Relasi Sosial yang Bermasalah
Anak belajar mencintai dan dicintai dari orang tuanya. Jika sejak kecil ia tidak merasakan kehangatan, di masa remaja atau dewasa ia bisa kesulitan membangun hubungan yang sehat. Mereka mungkin menjadi pribadi yang terlalu menuntut perhatian atau justru enggan membuka diri karena takut kecewa.Â
5. Risiko Gangguan Psikologis
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memicu masalah yang lebih serius seperti kecemasan, depresi, atau rasa terisolasi. Anak merasa ada "lubang" dalam dirinya yang sulit ia isi, meskipun dari luar hidupnya terlihat baik-baik saja.Â
Bagaimana Anak Menyampaikan Rasa Sepinya?
Anak-anak sering tidak mampu mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Mereka menyampaikan rasa sepinya lewat sikap: menjadi lebih pendiam, sering melamun, mudah marah, atau tampak tidak bersemangat. Sayangnya, orang tua yang tidak benar-benar hadir sering menafsirkan ini sebagai "anak yang susah diatur" atau "anak yang manja," padahal sebenarnya mereka hanya rindu diperhatikan.
"Ketika kehadiran fisik tidak diimbangi dengan koneksi emosional, dampaknya bisa sangat mendalam. Bagaimana kurangnya kehadiran orang tua mempengaruhi jiwa anak?"Mengembalikan Kehadiran Orang Tua
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki hubungan dengan anak. Kehadiran orang tua bukan soal seberapa lama waktu yang dihabiskan, melainkan seberapa berkualitas interaksi yang ada. Hal-hal sederhana bisa sangat berarti:
1. Mendengarkan cerita anak sepulang sekolah.Â