Mohon tunggu...
Harini Rahmi
Harini Rahmi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Life is a process to transfer our values to others. Make ourself meaningfull anytime anywhere for all people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alam Mentawai, Manusia, dan Budayanya

25 April 2012   23:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:06 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Arin

Hangatnya cahaya sang surya menerpa kulit gelap tatoga sigosok (sebutan untuk anak kecil dalam bahasa Mentawai) yang mulai memacu langkah memasuki hutan. Semilir angin laut dihalau oleh angin darat yang tak rela mengalah. Para ina (panggilan untuk ibu dalam bahasa Mentawai) tak menolak tarian sang ombak mendorong sampannya tiada henti menuju bibir pantai. Beberapa bocah asik berenang sementara beberapa orang dewasa tampak mulai bersiap menuju sampan-sampan yang mulai berdatangan. Mereka berburu sampan, berharap menjadi orang yang pertama meraih sampan, memberikan penawaran harga, dan syukur-syukur tercapai kesepakatan alias deal hingga transaksi jual belipun terealisasi.

Pisang, durian, kelapa, sagu, kuini, ambacang, nangka hutan, cempedak, daun pucuk ubi, ketela pohon, pepaya, ubi jalar, cabe, mangga, avocado, buah jambak, talas, aie-aie (buah yang fisiknya seperti duku, saat dijual masih melekat pada ranting kecilnya seperti kita melihat buah rambai atau lengkeng, dengan rasa yang cenderung manis) adalah sederetan hasil ladang yang dijajakan dipasar terapung itu. Burung beo, burung hantu, burung anggang, gelang akar bahar, monyet, teripang, aneka ikan, udang, dan karang, berbagai ukiran dari kayu pun diperjualbelikan di sana. Hasil ladang biasanya dijual oleh para ina (ibu-ibu) sementara hasil hutan dan tangkapan dari laut dijual oleh si bajak (panggilan untuk lelaki dewasa atau bapak dalam bahasa mentawai).

Tidak ada sistem monopoli di sini. Para pedagang dan pembeli melakukan transaksi berdasarkan kesepakatan. Keduanya mempunyai power yang sama. Tak nai bulagat sampurungan (bahasa mentawai yang artinya : tak ada uang sepeserpun) bukan berarti kita tidak dapat membeli barang yang ditawarkan oleh para ina, karena uang bukanlah sarat mutlak untuk memperoleh barang. Di sini masih ditemui sistem barter. Hasil ladang, hutan, maupun tangkapan dari laut yang mereka jajakan dapat diperoleh dengan menyerahkan bahan-bahan lain yang mereka butuhkan. Bisa beras, garam, tepung, kerupuk, minyak, buku, pakaian, atau apapun yang mereka butuhkan. Besarnya nilai tukar tidak diatur dalam suatu harga pasar tertentu, semuanya mengalir apa adanya sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Ketika barang dagangan berhasil dijual dan mendapatkan uang, maka para ina turun dari sampan dan menarik perahu hingga ke atas pasir pantai dan mengikatkannya pada sebongkah batu besar. Langkahnya tegas menuju toko atau warung yang ada di pasar darat yang jaraknya kurang dari 50 meter dari bibir pantai. Mereka membeli berbagai keperluan sehari-hari, seperti berak (bahasa mentawai untuk menyebut beras), roti, bawang, mie, garam, minyak, bumbu dapur, pakaian, dan berbagai kebutuhan lainnya. Rokok adalah salah satu barang yang hampir tidak pernah mereka lewatkan.

Kantong keresek hitam legam dijinjing dengan erat ditangannya yang dihiasi oleh semburat hijau yang menonjol di permukaan kulit. Ina-ina itu bekerja demikian kerasnya dan memikul beban yang berat sehingga memaksa urat tangannya menonjol seperti ukiran kayu dikulitnya yang keriput. Meskipun perkasa, mereka tetap tampak cantik dengan senyum yang senantiasa merekah menghiasi bibir indahnya. Acapkali mereka berjalan bertelanjang kaki hingga telapak kakinya mengeras dan tampak rengkah dibagian tumitnya.

Barang-barang yang diperdagangkan di pasar terapung dibawa oleh si Ina atau si Bajak dari desa tempat mereka tinggal. Berbekal perahu kayu tanpa cadik dan dengan dayung kayu sederhana, mereka mengarungi lautan luas menuju pasar terapung yang ada di Sikakap atau Sei Baru. Mereka berasal dari berbagai pulau yang terpencar disekitar sikakap atau Sei Baru. Pulau malakopak, pulau ragi, pulau rusa, adalah beberapa nama pulau tempat asal mereka.

Sikakap adalah tempat di mana kapal-kapal besar dari berbagai tempat seperti Bengkulu, Padang, dan sebagainya berlabuh. Pusat pemerintahan, rumah sakit swasta yang bonafide, sekolah, kantor pos, dan kantor polisi berpusat di daerah ini. Sikakap dan Sei Baru didominasi oleh penduduk pendatang.Penduduk sikakap umumnya bermata pencarian sebagai pedagang atau pegawai pemerintahan.

Sei Baru sendiri hanya dipisahkan oleh lautan kecil (seperti selat) dengan Sikakap. Mayoritas penduduk Sei Baru adalah karyawan sebuah pabrik kayu. Sebagian kecil penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan pedagang. Di sini beroperasi sebuah pabrik kayu besar. Kehidupan karyawannya cukup sejahtera. Rumah para komisaris dan para kepada divisi juga berada di Sei Baru. Kehidupan mereka kontras sekali dengan masyarakat pribumi yang sangat sederhana. Salah satu kontribusi real yang diberikan oleh perusahaan ini adalah membangun prasarana jalan dan sekolah (saat itu baru sampai tingkat SD). Di sini semua anak dapat bersekolah termasuk pribumi.

Desa mereka memang terpencil namun tidak dengan kepribadian mereka. Pribumi mentawai sangat ramah. Mereka memiliki pendidikan yang rendah atau bahkan tidak berpendidikan. Namun khusus untuk daerah sikakap dan sekitarnya, pribuminya sangat pintar bahkan mereka mampu berbahasa Indonesia dengan fasih. Bahkan lebih fasih dari pada (maaf, warga minangkabau pada umumnya).

Mereka menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Sebagian kecil dari mereka yang sudah cukup maju sudah menganut agama tertentu seperti Islam dan Kristen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun