"#KaburAjaDulu" bukan sekadar lelucon atau fenomena viral, melainkan mencerminkan realitas sosio-politik yang lebih dalam, terutama di Indonesia dalam konteks politik. Istilah ini muncul sebagai simbol ketidakpuasan publik terhadap kondisi sosial dan ekonomi domestik, termasuk tingginya biaya pendidikan, terbatasnya peluang kerja, dan rendahnya upah yang diterima. Tagar #KaburAjaDulu menjadi sorotan di media sosial dan digunakan oleh netizen Indonesia untuk mengekspresikan keinginan meninggalkan tanah air demi mencari peluang yang lebih baik di luar negeri, baik itu untuk mencari pekerjaan, melanjutkan studi, atau meningkatkan kualitas diri mereka. Fenomena ini menunjukkan bahwa #KaburAjaDulu mencerminkan komunikasi politik, dimana masyarakat dapat menyuarakan aspirasi dan ketidakpuasan mereka terhadap kondisi negara melalui platform media sosial. Tren ini memperlihatkan bahwa media sosial telah menjadi alat bagi warga untuk mengekspresikan opini publik dan membentuk gerakan kolektif tanpa harus melalui saluran formal. Menurut artkel berita satu tentang "7 Faktor Penyebab Tagar Kabur Aja Dulu Mendadak Viral Di Media Sosial" (https://www.beritasatu.com/nasional/2872698/7 faktor-penyebab-tagar-kabur-aja-dulu-mendadak-viral-di-media-sosial) Fenomena ini terjadi bersamaan dengan bertambahnya berbagai masalah sosial, ekonomi, dan politik yang menimbulkan rasa khawatir atau frustrasi di kalangan masyarakat. Dari keluhan mengenai tuntutan pekerjaan hingga kegelisahan terhadap pemerintah, tagar ini tampaknya menjadi lambang pelarian sementara dari kenyataan yang tidak menyenangkan. Data ini diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja migran Indonesia (PMI) yang ditempatkan pada tahun 2023 mencapai 273.964 orang. Secara keseluruhan, diperkirakan ada lebih dari 9 juta WNI yang bekerja di luar negeri, menurut World Bank . Ini setara dengan hampir 7% dari total angkatan kerja Indonesia. Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, turut menanggapi fenomena ini. Ia menyayangkan tren generasi muda yang memilih "kabur ke luar negeri" dan menyebut bahwa mereka yang pergi karena tekanan ekonomi dan sosial seolah-olah telah kehilangan semangat nasionalisme. Menurutnya, anak muda seharusnya bertahan dan berjuang di dalam negeri untuk membangun bangsa, bukan mencari jalan pintas dengan meninggalkan tanah air. Tanggapan ini memicu beragam reaksi di tengah masyarakat, sebagian melihatnya sebagai dorongan untuk membangkitkan semangat cinta tanah air, namun sebagian lainnya menilai pernyataan ini kurang empati terhadap kenyataan pahit yang dialami oleh generasi muda. Penulis berpendapat bahwa generasi muda harus diajarkan untuk kabur dengan kesadaran, bukan lari tanpa tujuan. Kabur bukan akhir dari segalanya, tetapi seharusnya menjadi proses refleksi sebelum kembali menghadapi realitas dengan kesiapan baru. Jika hanya dijadikan alasan untuk tidak bertanggung jawab, tren ini justru bisa memperparah kondisi mental dan menghambat proses kedewasaan. Fenomena tagar "kabur aja dulu" juga menunjukkan sinyal yang jelas dari kaum muda di Indonesia. Ini bukan hanya sekadar mode sementara di media sosial, tetapi juga mencerminkan tumpukan kekecewaan dan ketidakpastian yang mereka alami terkait berbagai aspek kehidupan di negara ini (Indonesia). Penulis merasa pemerintah harus lebih serius memperhatikan keinginan generasi muda dan mengambil tindakan nyata untuk memperbaiki keadaan yang ada. Hal ini mencakup menciptakan lebih banyak peluang kerja, meningkatkan standar pendidikan, dan mendukung inovasi serta kewirausahaan. Selain itu, perlu juga untuk membangun rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Perlu dicatat, tren ini berdampak besar terhadap sistem politik, khususnya pada bagian media masa yang berhubungan dengan komunikasi politik. Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi penting yang menggambarkan proses penyampaian informasi politik. Media komunikasi politik dapat dipandang sebagai sarana yang menyampaikan berbagai informasi terkait politik kepada masyarakat. Akhirnya, menurut penulis, "kabur aja dulu" bukanlah masalah selama kita tahu kenapa kita kabur, dari apa kita kabur, dan kapan kita siap kembali. Karena dalam hidup, keberanian bukan berarti tidak pernah kabur, tapi tahu kapan harus pergi dan kapan harus kembali untuk berjuang lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI