Mohon tunggu...
Arika Octavia
Arika Octavia Mohon Tunggu... Jurnalis - Student

Mahasiswa S1 Pariwisata UGM 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN di Desa Kelarik, Sepotong Keindahan Natuna yang Mempesona

12 Agustus 2022   08:14 Diperbarui: 2 September 2022   18:56 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kalian memiliki suatu hal yang dinantikan saat kuliah? Study tour atau masa orientasi mahasiswa baru, misalnya? Saya pribadi menantikan suatu momen yang akan tiba di paruh kedua perjalanan kuliah, yaitu Kuliah Kerja Nyata yang menjadi salah satu syarat kelulusan. Ketertarikan terhadap pengabdian masyarakat membuat saya sangat bersemangat menyambut KKN. Meski demikian, tak dapat dipungkiri bahwa saya yang seorang mahasiswa Pariwisata ini berharap untuk dapat melaksanakan KKN sekaligus travelling. Oleh sebab itu, tak butuh waktu lama bagi saya untuk menjawab "ya" ketika mendapat tawaran untuk ber-KKN di Natuna.

Tak jarang saya mendengar tentang keindahan Natuna yang terkenal akan wisata geopark dan mangrove-nya. Mana mungkin saya menyia-nyiakan kesempatan untuk menyaksikan keelokan tersebut, bukan?

Pada 25 Juni 2022, saya dan dua puluh tujuh orang teman yang tergabung dalam tim KKN-PPM UGM "Pesona Natuna" menginjakkan kaki di Bandara Hang Nadim. Kami langsung disambut oleh beberapa orang perwakilan dari Pemerintah Daerah dan diarahkan menuju Kantor Bupati Natuna. Acara penyambutan oleh Bupati menjadi pertanda bahwa kami resmi akan menjalankan 50 hari KKN tepatnya di Desa Kelarik dan Desa Kelarik Air Mali, Kecamatan Bunguran Utara.

Saat tiba di Desa Kelarik yang akan menjadi tempat tinggal saya selama KKN, berbagai perasaan berkecamuk di hati saya. Rasa senang menghujani hati karena momen yang saya nantikan telah tiba, namun rasa gelisah juga tak henti mengganggu. Bermacam pertanyaan terlintas di benak saya. Apakah saya bisa bertahan untuk tinggal selama 50 hari di desa ini? Bagaimana cara agar bisa akrab dengan warga desa? Apakah saya bisa tinggal serumah bersama teman-teman yang baru saja saya kenal? Apa saja yang sekiranya bisa membuat saya senang untuk tinggal di desa ini?

Hari demi hari, satu persatu pertanyaan yang timbul mulai terjawab. Tak butuh waktu lama bagi saya untuk menjadi dekat dengan warga desa. Seiring dengan berjalannya program kerja, terjalin ikatan erat antara anggota tim KKN dengan warga lokal. Pemuda-pemudi Desa Kelarik bahkan dengan senang hati membantu saya untuk melaksanakan program-program yang sudah saya rancang sebelumnya. Mereka senantiasa menemani saya untuk berkeliling desa dan selama itulah saya menemukan berbagai spot menarik. Tentunya spot-spot tersebut layak diabadikan dalam bentuk foto dan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Tak perlu melangkah jauh-jauh, di seberang pondokan tempat tinggal kami terdapat padang rumput luas yang digunakan sebagai tempat memelihara sapi. Dari balik pembatas kayu kami dapat menyaksikan sapi-sapi berlalu-lalang. Tempat ini menjadi salah satu favorit saya, terutama ketika dipadukan dengan langit biru-jingga kala senja hampir tiba. Berbicara tentang senja, saya teringat fakta bahwa terdapat banyak tempat di Desa Kelarik yang dapat digunakan untuk melihat keindahan sunset secara sempurna. Salah satunya adalah Tanjung Ba'dai. Di tempat ini, kami dapat menyaksikan matahari terbenam di balik gulungan ombak dengan cahaya merah kekuningan yang sangat terang terpantul di lautan. Tak hanya itu, lokasi ini dihiasi bebatuan yang disebut-sebut usianya sudah jutaan tahun.

Dokpri
Dokpri

Satu hal yang mencuri perhatian saya adalah hamparan lautan yang sangat mudah ditemukan. Srlama menjadi mahasiswa sekaligus anak kos, sangatlah sulit bagi saya untuk melihat laut, perlu waktu paling sedikit dua jam untuk sampai ke pantai. Hal itu berbanding terbalik dengan di Desa Kelarik dimana hanya perlu waktu lima belas menit untuk sampai di pantai dan saya dapat langsung menikmati udara sepoi-sepoi yang senantiasa menerpa rambut dan bunyi deburan ombak yang terdengar ramah di telinga saya. Ketika langit telah berubah hitam dan bintang mulai menampakkan diri, kami dapat melakukan aktivitas sehari-hari warga yang juga dapat diikuti oleh orang luar yaitu menyuluh atau mencari ikan.

Dokpri
Dokpri

Tak hanya hamparan pemandangan nan indah, Desa Kelarik juga kaya akan budaya dan kuliner. Desa Kelarik memiliki sebuah tarian khas yaitu Tari Cik Abu yang menceritakan kehidupan dan aktivitas sehari-hari warga desa yang menjadi petani kelapa. Tarian tersebut berpotensi untuk menjadi atraksi wisata budaya dan layak untuk dikenal secara lebih luas. Jika berbicara mengenai kuliner, hampir semua makanan yang ada di Desa Kelarik begitu memanjakan lidah saya sebagai pecinta ikan. Makanan yang menjadi favorit saya adalah kernas dan tipeng canggos, yang pasti akan saya rindukan ketika saya sudah tidak di Natuna lagi nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun