Mohon tunggu...
Ari Junaedi
Ari Junaedi Mohon Tunggu... Pengajar, Konsultan, Kolomnis, Penulis Buku, Traveller

Suka membaca, menikmati perjalanan, membagi inspirasi, bersilaturahmi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ampun Mak Beng! Citarasa Ikan Membuat "Dengkul Bergetar"

30 Juni 2023   09:15 Diperbarui: 30 Juni 2023   10:24 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikan goreng dipadu sambal membuat pemburu kuliner menemukan target di Mak Beng (foto : Ari Junaedi)

Koalisi ikan bersatu dengan nasi di sajian menu masakan Mak Beng Sanur (foto : Ari Junaedi)
Koalisi ikan bersatu dengan nasi di sajian menu masakan Mak Beng Sanur (foto : Ari Junaedi)

Ikan goreng yang tersaji melengkapi sepaket menu pesanan, memiliki kegurihan yang optimal mengingat cara masaknya pasti terjaga dari panas pada saat penggorengan berlangsung. Kehadiran sambal merah menjadi pelengkap kesempurnaan "koalisi" antara nasi dan kuah sup ikan.

Semula saya tidak menyangka, dengan harga Rp 55 ribu untuk satu paket ikan goreng, sop ikan dan nasi ternyata potongan daging ikan yang tersaji di menu olahan berkuah dan menu gorengan cukup besar sehingga tidak mampu diimbangi dengan nasi sepiring. Terpaksa dengan tingkat "kelaparan" yang memuncak, saya dan sahabat saya Benny Butarbutar menambah porsi nasi sepiring lagi. Bukan sepiring berdua, tetapi dua piring berdua.

Ikan goreng dipadu sambal membuat pemburu kuliner menemukan target di Mak Beng (foto : Ari Junaedi)
Ikan goreng dipadu sambal membuat pemburu kuliner menemukan target di Mak Beng (foto : Ari Junaedi)
Rasa lelah menunggu dalam antrean panjang dalam terik mentari yang menyengat, menjadi sirna usai mendapat panggilan dari "pengadil nasib" -- demikian saya menyebut pegawai Mak Beng yang mendapat job desk mendata pengunjung dan memanggil pengunjung untuk menduduki kursi yang baru saja kosong usai ditinggal pengunjung yang sudah selesai makan.

Minuman temulawak yang pantas menjadi pelengkap kenikmatan sajian di Mak Beng Sanur (foto : Ari Junaedi)
Minuman temulawak yang pantas menjadi pelengkap kenikmatan sajian di Mak Beng Sanur (foto : Ari Junaedi)
Saya rasa penilaian TasteAtla tidak sekedar menobatkan Mak Beng sebagai juara ke tiga dari 150 restorang paling legendaris dari sisi usia saja. Usia 84 tahun perjalanan kuliner Mak Beng justru terletak pada konsistensi menyajikan menu ikan yang dikuah dan digoreng.

Warung Makan Mak Beng yang. berlokasi sepenggalan dari Pantai Sanur, tepatnya di Jalan Hang Tuah Nomor 45 atau dengan patokan sebelah utara Hotel Grand Ina Bali Beach, buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga 10 malam WITA. Tidak jarang, jam 14 pun sudah tandas.

Sajian ikan yang diolah berkuah dan digoreng menjadi keunikan Warung Makan Mak Beng Sanur (foto : Ari Junaedi)
Sajian ikan yang diolah berkuah dan digoreng menjadi keunikan Warung Makan Mak Beng Sanur (foto : Ari Junaedi)

Saya jadi teringat dengan  novelis Inggris Virginia Woolf yang dianggap sebagai salah satu tokoh sastra modern terbesar di abad 20 itu soal nasehatnya tentang makanan. "Seseorang tidak bisa berpikir dengan baik, mencintai dengan baik, dan tidur nyenyak jika belum makan dengan baik," ujar penulis Mrs. Dalloway itu.

Bisa jadi karena masakan Mak Beng, kami dari tim LSPR semakin membuncah untuk berkolaborasi dengan Gubernur Bali untuk mengawal kampanye Program Bali Shanti. Bali Shanti adalah kampanye yang melibatkan warga asing yang ada di Bali untuk meliterasi turis-turis mancanegara yang bewisata ke Bali agar menghormati adat istiadat dan budaya Bali.

Eat, Pray and Communication Collaboration ala LSPR (foto : Istimewa)
Eat, Pray and Communication Collaboration ala LSPR (foto : Istimewa)
Jika Julia Roberts pernah terlibat dengan film yang berlokasi di Bali dengan judul Eeat, Pray and Love maka kami dari LSPR berkomitmen untuk eat, pray and communication collaboration untuk ikut aktif menjaga kearifan lokal Bali.

*Ari Junaedi adalah akademisi, konsultan komunikasi dan kolomnis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun