Dekat di Mata, Jauh di Hati

Bagi mereka yang telah berkeluarga atau mempunyai kerabat yang tinggal di Kota Jakarta, relasi antaranggota keluarga dan kerabat biasanya akan membentuk kehidupan bersama. Keluarga dan kerabat akan menjadi pendukungan dan tumpuan hidup di Kota. Keluarga menjadi tempat untuk tumbuhnya rasa kebersamaan. Keluarga menjadi sarana menghadirkan harapan.

Kota Jakarta memang telah membentuk pola kehidupan yang supersibuk. Namun, kehidupan dalam masyarakat juga menjadi pemicu beragam masalah. Maka, membentuk hubungan baik dalam bertetangga juga penting untuk dilakukan agar beragam informasi, pertemanan, serta  bantuan saat darurat secepat mungkin di dapat. Bagaimanapun tetangga terdekat adalah keluarga kita. Interaksi bertetangga seharusnya dapat menciptakan rasa kebersamaan dan keamanan dalam komunitas yang lebih kecil di tengah keramaian kota.

Relasi Romantisme 

Karena Jakarta adalah sebuah kota dengan aktivitas ekonomi yang tinggi atau kotanya pekerja, aktivitas relasi yang terbentuk begitu kuat adalah rekan kerja.  Dalam delapan jam perjumpaan di tempat kerja,  terkadang memunculkan beragam kedekatan. Bukan hanya sebagai rekan, tetapi asmara rekan sekantor menjadi sebuah cerita biasa. Pasangan romantis rekan sekerja menyisakan segala permasalahan,bukan hanya untuk pekerja tetapi juga bagi perusahaan. 

Relasi romantisme di dunia kerja menjadi bunga-bunga hidup dalam aktivitas kerja di Kota besar. Kota besar begitu kuat membentuk dunia romantisme di dunia kerja. Beragam peristiwa terkadang terjadi, entah dalam bentuk hubungan sehat, hubungan tidak sehat, bahkan hubungan gelap di tempat kerja. Relasi gelap dan tidak sehat rekan kerja dalam romantisme kantor  seolah menjadi sebuah dunia yang tampak sehat, namun miskin dengan rasa. 

Menghadirkan Hati 

Tumpukan dan tuntutan kerja memang terkadang menjadi pangkal jauhnya sebuah relasi. Bukan hanya dalam keluarga, hubungan bertetangga, hubungan kerja, hubungan komunitas, bahkan hubungan asmara hanya sekadar hadir tanpa melihatkan rasa dalam hati yang paling dalam. 

Menghadikan seseorang di sekitar kita memang begitu mudah dilakukan. Menghadirkan pasangan selalu mudah dilakukan, menghadirkan rekan kerja di sekitar kita setiap hari dihadirkan, menghadirkan orang-orang yang kita cinta di depan kita pun begitu mudah dilakukan. Namun, terkadang kehadiran orang-orang tercinta hanya sebatas raga. Dunia virtual dalam telepon pintar memupus semua rasa yang seharusnya hadir di tengah-tengah orang yang kita cintai. Kita semakin dekat di mata, tetapi sebenarnya kita semakin jauh di hati.

Sejenak melepaskan ikatan telepon pintar, menyimpannya dalam tas yang paling dalam; sejenak bercerita dengan orang tercinta dengan ditemani semangkuk bakso, rasanya menjadi sebuah dunia nyata yang pantas untuk dinikmati. Karena menghadirkan raga seharusnya juga menghadirkan rasa.