Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Geliat Usaha si Pengumpul Receh

26 November 2022   15:06 Diperbarui: 26 November 2022   17:53 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Toko kelontong, sekilas usaha ini tidak menjanjikan apa-apa. Di mana-mana kita temui. Jarang pembeli. Untung recehan belaka. Tidak ada yang melirik usaha model ini, apalagi pengusaha. 

Rezeki selalu dimulai dengan usaha. Meski Pandemi telah mengakibatkan gelombang kebangkrutan begitu banyak perusahaan dan PHK pun terjadi dimana-mana, usaha sekecil apapun bisa dimulai. Sekecil apapun tenaga, setiap peluang usaha untuk menjadikan kehidupan yang menjanjikan bisa dilakukan, termasuk toko kelontong. 

Keganasan serangan Covid-19 sebenarnya tidak hanya menyerang kesehatan dan individu yang lemah, tetapi meruntuhkan sendi ekonomi yang paling kuat sekalipun. Begitu banyak perusahaan yang gulung tikar, tidak sanggup berdiri tegak di tengah minimnya pendapatan. Satu persatu tak berdaya, dan karyawan terkena imbas yang tak bisa melawan. Hampir saja keruntuhan ekonomi Indonesia terjadi, jika saja kekuatan usaha-usaha kecil pinggir jalan, usaha kecil pengisi kios 2x 2 meteran, atau usaha kecil  online tidak hadir menjadi bagian penguatan ekonomi nasional. 

Menurut Euromonitor yang dilansir dataindonesia.id (20 Juli 2022) jumlah toko retail di Indonesia sebanyak 3,61 juta pada tahun 2021. Dari jumlah tersebut, 3,57 juta unit berbentuk toko kelontong tradisional, 38.323 berbentuk toserba, 1.411 berbentuk supermarket, 358 berbentuk forecourt dan 285 berbentuk hypermarket. Toko kelontong ternyata menjadi penyuplai terbesar barang ke konsumen.  

Keunggulan Toko Kelontong

Meski jumlah tersebut mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, ternyata jumlah toko kelontong tradisional menjamur diberbagai wilayah di Indonesia. Diberbagai tempat di kota besar, kota kecil dan pedesaan usaha toko kelontong ini mulai menampakkan kenaikan. Menjamur di berbagai wilayah menghidupi beragam jenis usaha yang lain. Yang pasti, berapapun banyak usaha seperti ini, tidak ada kamus persaingan diantara pemilik dan pemodal toko kelontong. Mereka percaya akan mendapatkan rezeki sesuai usaha dan tenaga. 

Tidak perlu modal besar, tidak perlu tempat besar, tidak perlu pengelolaan yang rumit.  Toko kelontong menjadi alternatif usaha rumahan yang memberikan keuntungan cukup  lumayan. Paling tidak menjadi cara untuk mengatasi pengangguran yang terjadi selama masa pandemi. Apalagi keengganan masyarakat mulai terlihat untuk berbelanja dalam bentuk borongan. Masyarakat mulai enggan mengantre, apalagi berjubel-jubel di tengah perbelanjaan. 

Masyarakat mulai berpikir untuk berbelanja sesuai kebutuhan saja. Gayung bersambut, usaha kelontong menjanjikan keuntungan yang terus-menerus, meski kecil. Maka, kesabaran diperlukan agar buah-buah usaha bisa ternikmati selamanya. 

Memang sebagian besar toko-toko kelontong ini dimiliki secara pribadi. Imbas dari berbagai permasalahan perusahaan-perusahaan besar yang menutup usaha, pada akhirnya harus melahirkan pengusaha-pengusaha gagah perkasa dalam level toko. Meski kecil, usaha ini pun layak untuk diperhitungkan. Tata kelola  sangat sederhana, namun banyak toko-toko kecil ini juga dikelola secara profesional oleh tenaga-tenaga handal yang sebelumnya bekerja di perusahaan besar. Tidak salah, banyak ditemui toko kelontong dalam tatanan rapi dan catatan rinci penjulan. Mengelola dengan kesungguhan dan manajemen yang tertata rapi.  

Banyak keunggulan yang dimiliki oleh toko-toko sepert ini. Harga yang relatif tidak mahal dan hampir sama dengan supermarket. Bahkan beberapa toko berani bersaing dengan supermaket besar dalam hal harga, yang kemudian membentuknya menjadi toko grosir, toko kulakan untuk usaha lain sejenis. 

Toko ini penting untuk ibu-ibu yang bisa belanja tidak dalam jumlah besar. Jika kebutuhan hanya untuk beli garam pun bisa di toko sebelah, tidak perlu jauh-jauh di supermarket. Apalagi jika tengah malam ketika kita asyik nonton pertandingan sepak bola dan pengin makan mie goreng, tetapi ternyata tidak ada stok di rumah. Sebentar meluncur ke toko sebelah, dan dengan 10 ribu kita bisa mendapatkan barang itu. 

Kalau tiba-tiba gas kita habis ketika memasak mie, ya, langsung saja bawa ke toko sebelah. Semua ada dan jam berapa pun siap setia melayani. Buka 24 jam. Kapan butuh, siap dengan harga terjangkau. Toko kelontong melayani 24 jam.  

Pengusaha Muda

Membuka toko kelontong, memang bukan membuka supermarket. Meski perlu riset pasar sederhana, tapi keberanian untuk membuka menjadi modal utama. Barang bisa disiapkan bermacan-macam sesuai modal- siapkan saja sembako yang setiap hari dibutuhkan masyarakat. Niscaya akan terus habis dan tak bersisa. Agar lebih cepat tak bersisa, toko bisa buka dua puluh empat jam, atau tambahkan usaha lain yang sejenis,  misalnya siapkan mesin pengisi BBM, atau berjualan mie rebus. Toko bisa buat tongkrongan, dan siap menyedian berbagai macam kebutuhan.  Toko pasti akan ramai setiap hari, apalagi jika tersediakan wifi yang mudah diakses anak muda. 

Membuka toko kelontong memang bukan sekadar membuka usaha musiman. Bukan sekadar mengumpulkan untung recehan. Dengan ketekunan niscaya pengusaha-pengusaha muda akan lahir mendukung ekonomi negeri. Disinilah, kewajiban pemerintah untuk mendukungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun