Pernikahan itu misteri sekaligus karunia. Misteri karena kita tidak pernah tahu siapa orang yang akan menikah dengan kita. Menikah juga merupakan karunia. Seandainya tidak ada syariat tentang pernikahan, tentu akan susah sekali kehidupan ini.
Karunia di pernikahan tidak hanya karena kita menemukan jantung hati kita, belahan jiwa kita, tetapi juga karena melalui pernikahan itu pula, kita memperoleh anak atau buah hati.
Kehadiran buah hati menambah indah pernikahan. Selain itu dalam agama Islam, pernikahan dianggap sebagai syariat, ia jalan untuk mendekat dan semakin mendekatkan derajat kita sebagai hamba. Nilai ibadah kita akan ditingkatkan darajahnya setelah kita melangsungkan pernikahan. Pernikahan derajatnya bahkan disetarakan dengan setengah agama.
Namun untuk menggapai pernikahan sendiri, rasanya tidak semudah yang dibayangkan. Belum ujian-ujian yang ditempuh oleh orang yang sudah menikah. Perbedaan karakter masing-masing pasangan, keluarga pasangan masing-masing dengan latar belakang keluarga pasangan yang berbeda tidak jarang jadi penyebab hancurnya pernikahan.
Pernikahan perlu dirawat, dijaga dan dipelihara. Allah mengibaratkan pernikahan seperti yang ditulis oleh Haidar Bagir di buku ini dengan tajuk Surga di Dunia, Surga di Akhirat (2010). Haidar Bagir menulis menikah itu Allah ibaratkan "mizaaqan ghaliidha" (tali atau ikatan yang amat kuat).
Orang yang mengenal pasangannya baru saja bisa memutuskan untuk menikah, tetapi kita juga banyak menemukan orang yang mengaku sudah mengenal pasangannya cukup lama, ternyata tidak berani menikah. Inilah misteri dari pernikahan yang jadi rahasia Allah.
Tidak sedikit juga orang yang sudah menikah, tetapi diuji oleh masalah seberat apapun tetapi orang tersebut ingin mempertahankan pasangannya. Karena ikatan yang kuat melalui cinta kasih-Nya itulah, pernikahan tidak boleh hanya untuk permainan atau senda gurau. Pak Kiai Kampung sering memberi nasihat, "boleh menikah, tetapi jangan suka atau punya hobi menikah" Sebab orang yang hobi menikah justru menampakkan kalau pernikahannya tidak bahagia. Kebahagiaan bukan cuma mengakui kelebihan pasangan-pasangan kita, tetapi penuh ketulusan menerima dan mengakui kekurangan pasangan kita. Orang yang inginnya selalu yang lebih sempurna justru tidak pernah merasakan kesempurnaan. Sebab manusia tempatnya kekurangan dan juga salah. Kesempurnaan justru ditemukan saat kita saling melengkapi dan saling memahami kekurangan kita.
IbadahÂ
Jangan dilupakan bahwa menikah adalah bagian dari cara kita beribadah kepada Allah. Jadikan setiap yang dilakukan dalam menanam menumbuhkan cinta dalam pernikahan kita sebagai ibadah.
Dengan kesadaran bahwa menikah adalah bagian  dari syariat-Nya, kita semakin mahfum bahwa kita wajib menjaga dan merawat pernikahan itu. Keberhasilan pernikahan tidak hanya ditunjukkan dengan merawat cinta kasih sesama pasangan, tetapi  juga semakin matang dan mantab dalam mendekat dan berbakti kepada Allah. Jika pernikahan justru menambah jarak, menjauhkan hidup kita dari Allah, Sang Maha Cinta, rasanya hidup ini justru semakin gelap dan gulita.
Orang sering keliru menganggap pernikahan sebagai pelabuhan atau akhir. Justru pernikahan adalah awal, awal kita menaiki bahtera kehidupan. Kerjasama, cinta kasih, saling memahami antar pasangan yang menjadikan seorang yang sudah menikah sanggup menghadapi badai dan cobaan dalam rumah tangganya. Banyak keluarga gagal dalam pernikahan karena tidak memahami tujuan pernikahan, menganggap pernikahan hanya sebagai mainan dan pernikahan dianggap sebagai topeng untuk senda gurau. Pernikahan seperti itu tidak hanya menjerumuskan, tetapi juga dilarang oleh agama kita.
Jangan dilupakan, syariat pernikahan  ada untuk memudahkan kita menjalankan perintah Tuhan sekaligus cara Tuhan memuliakan manusia. Dengan pernikahan itu pula kita menjadi diangkat derajatnya dan memiliki adab dalam pergaulan, terhindar dari nafsu sesaat dan perzinahan. Pernikahan membedakan kita dari hewan yang hanya mengutamakan nafsu semata, ketimbang merawat dan menumbuhkan cinta.
Menjaga CintaÂ
Buku Surga di Dunia, Surga di Akhirat (2010) garapan Haidar Bagir mengisahkan kiat-kiat praktis merawat pernikahan. Buku semula ditujukan untuk anaknya sebagai nasihat pernikahan.
Menyimak buku ini bagi yang belum menikah dapat menambah bekal pengetahuan (ilmu) tentang pernikahan. Bagi yang sudah menikah atau belum lama menikah, buku bisa dijadikan referensi dan bacaan serta nasihat bagi jiwa untuk semakin memegang teguh ikatan pernikahan.
Diantara nasihat yang ditulis Haidar Bagir di buku ini untuk menjaga cinta seorang pasangan adalah jangan membandingkan pasangan kita dengan orang lain. Setiap manusia memiliki sifat, karakter, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Siapapun laki-laki maupun perempuan tentu tidak mau dibanding-bandingkan dengan orang lain.
Sikap lain yang bisa menjaga dan menumbuhkan cinta adalah saling menghormati dan menghargai pasangan kita, saling menasihati, terbuka, dan juga saling memaafkan.
Nasihat yang lain yang relevan dengan kehidupan di masa sekarang adalah komunikasi dan saling memahami bila istri dan suami sama-sama bekerja. Banyak pasangan cerai karena tidak mampu menjaga komunikasi dan pengertian antar kekasih sehingga saling menyalahkan dan akhirnya berakhir dengan perceraian.
Hal sederhana namun penting adalah  menunaikan tugas kerumahtanggaan bersama-sama. Haidar Bagir mencontohkan Rasul yang selalu membagi peran dan melakukan tugas-tugas kerumahtanggaan tanpa membedakan gender.
Akhirulkalam, menikah sejatinya adalah upaya menyatukan ikatan jiwa. Bila di agama Kristen ada ungkapan, "yang disatukan Tuhan, tidak boleh dipisahkan manusia".
Pernikahan, sejatinya disyariatkan untuk sarana ibadah kita kepada Tuhan. Dengan menikah, kita mustinya makin bahagia, makin tenteram dan makin merasakan cinta dan juga kasih sayang Tuhan. Dengan begitu, mudah-mudahan kita semakin Dikaruniai mawaddah serta mampu menggapai rahmah Tuhan dalam mahligai rumah tangga kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI