Kopi Keliling: Semangat Wirausaha Muda Banua di Tengah Aroma Inovasi
Banjarmasin -- Di tengah hiruk-pikuk Kota Banjarmasin yang dikenal dengan julukan "Kota Seribu Sungai", muncul geliat baru dari anak muda kreatif yang berani membuka peluang usaha dengan cara berbeda: menjajakan kopi keliling. Bukan sekadar menjual minuman, Kopi Keliling menjadi simbol semangat wirausaha muda Banua yang berani berinovasi dan beradaptasi dengan tren zaman.
Arif Rahman, mahasiswa Program Studi Geografi FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), melalui kegiatan kewirausahaan kampusnya, melakukan penelitian terhadap pelaku usaha Kopi Keliling di kawasan Sungai Jingah, Banjarmasin Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha ini dijalankan oleh anak muda berusia sekitar 20 tahun, berpendidikan perguruan tinggi, dan memiliki semangat tinggi untuk mandiri secara ekonomi.
"Kopi Keliling bukan sekadar usaha, tapi juga ruang ekspresi anak muda Banjar yang ingin menghadirkan cita rasa lokal dalam kemasan modern," ujar Arif dalam laporannya.
Dari Ide Sederhana Jadi Peluang Besar
Usaha Kopi Keliling tergolong dalam kategori perdagangan minuman siap saji dengan konsep mobile coffee. Berbekal sepeda motor yang dimodifikasi, pelaku usaha berkeliling menjajakan kopi racikannya ke kampus, sekolah, hingga area publik. Harga yang ditawarkan pun ramah kantong, mulai dari Rp8.000 hingga Rp18.000 per gelas.
Strategi pemasarannya memadukan promosi digital dan pendekatan langsung. Melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan WhatsApp, mereka menampilkan konten kreatif untuk menarik pelanggan muda, sementara penjualan langsung di lapangan tetap menjadi andalan untuk menjaga interaksi sosial.
Inovasi, Kunci Bertahan di Tengah Persaingan
Pelaku Kopi Keliling juga menyadari pentingnya inovasi untuk bertahan. Mereka kerap melakukan pembaruan pada varian rasa, kemasan, dan cara penyajian. Meski inovasi belum dilakukan secara rutin, upaya tersebut menunjukkan potensi besar untuk berkembang menjadi merek lokal yang kuat.
Menurut penelitian Arif, konsumen menyukai cita rasa kopi yang manis dan segar, dengan kemasan praktis yang cocok dikonsumsi sambil beraktivitas. "Inovasi yang sederhana namun konsisten akan menjadi pembeda di tengah maraknya kedai kopi modern," ujarnya.
Dampak Ekonomi dan Tantangan Lingkungan
Kehadiran Kopi Keliling memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar. Selain membuka peluang kerja, usaha ini juga menggerakkan ekonomi lokal dengan memanfaatkan bahan baku dari petani kopi lokal. Namun, tantangan lingkungan masih menjadi catatan penting. Penggunaan kemasan plastik sekali pakai perlu dikurangi dengan mengganti ke bahan ramah lingkungan seperti gelas kertas atau sistem isi ulang (refill system).
"Ke depan, konsep eco-friendly business harus menjadi bagian dari inovasi UMKM agar sejalan dengan tren ekonomi hijau yang sedang digalakkan pemerintah," tambah Arif.
Harapan untuk Wirausaha Muda Banua
Penelitian ini menegaskan bahwa Kopi Keliling bukan hanya bisnis kecil di pinggir jalan, tetapi cerminan semangat kewirausahaan generasi muda Banua. Dengan dukungan pelatihan manajemen usaha, literasi keuangan digital, dan kesadaran lingkungan, UMKM seperti ini bisa tumbuh menjadi motor ekonomi kreatif daerah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI