"Bang cita-cita abang apa? " Demikianlah seorang teman saya mengajukan pertanyaan.
Saya pun mempertanyakan kembali mengapa ia mengajukan pertanyaan yang demikian.
"Emangnya kenapa bertanya seperti itu?" kata saya sambil memainkan hape.
"Enggak ada bang" katanya
Lalu hening sejenak, ia berbicara sendiri, tanpa saya bertanya kembali tentang cita-citanya.
"kalau cita-cita saya bang  waktu kecil ingin memperbaiki dunia,  lalu setelah beranjak besar berubah, saya bercita-cita memperbaiki negara,  setelah itu waktu kuliah saya bercita-cita ingin memperbaiki kampung dan keluarga,  setelah itu berubah lagi, tamat kuliah, saya bercita-cita memperbaiki diri"
"Ini pasti dapat dari internet ini, atau buku, Â atau bisa jadi dari teman-temanya" dalam hati saya. Hihihi
Tapi dari manapun ia mendapatkan kata-kata itu, Â atau bisa jadi itu memang perjalanan cita-citanya, tidak dapat di pungkiri ini juga bisa terjadi kepada kita.
Memang sebagai manusia,  kita harus mempunyai cita-cita, bahkan cita-cita kita harus tinggi, kerna dengan cita-cita itu kita mempunyai semangat untuk berjuang, untuk  menggapai apa yang kita cita-citakan.
Namun dalam berjalanya waktu, tidak semuda itu. Tidak setiap manusia konsisten apa yang ingin ia cita-citakan semula.
Cobalah kita lihat, Â iya lihat, Â kita lihat kepada diri kita sendiri. Apa yang kita cita-citakan? Sudahkah cita-cita itu di perjuangkan? atau kita menggantinya lagi besok pagi?