Mohon tunggu...
arif nasution
arif nasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah orang yang suka bersosial, ketika sudah merasa nyaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Opini: Lembaran Tak Bernyawa

2 Januari 2024   00:09 Diperbarui: 2 Januari 2024   00:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah kita tersadar sejenak, uang memang bukan segalanya, tetapi segalanya bisa dibeli dengan uang. Iya, benar sekali; padahal uang hanyalah sebuah lembaran kertas tak bernyawa, namun iya bisa membebaskan seorang penjahat, membungkam mulut para saksi, dan menampar kenyataan para korban. Kita tidak perlu membahas pada satu kasus manapun, yang jelas kita hidup di Negara yang dikendalikan oleh lembaran tak bernyawa itu.

Padahal di masa kecil penulis hanya mengetahui fungsi uang untuk jajan di kantin sekolah, berjalannya jenjang ilmu dan umur, penulispun tau kenyataannya  uang adalah segalanya, bahkan manusiapun bisa dibayar dengtan uang. Yang paling kompleks adalah masalah perjoki jokian tugas, penulis jadi berfikir begini; uang kita melayang, ilmu kita tidak dapat, pengalaman juga tidak dapat; oke, mungkin beruntung di bagian kita tidak capek dan pusing ngerjain tugas. Itu hanya contoh kecil, soalnya banyak juga contoh besar lainnya, para pejabar yang membeli kursi mungkin.

Sampai sampai ada istilah 'lo punya duit, lo punya kuasa', hmmm. Btw sambo apa kabar si?.

2024 semakin dekat, tahun politikpun sudah di mulai, janji janji manis juga sudah terdengar di setiap penjuru negeri, baliho baliho juga sudah mewarnai sudut sudut kota hingga desa, di tunggu calon calon yang bakal turun ke masyarakat buat bagi bagi rezeki di awal, sebelum rezeki rakyar di ambil setelah punya kursi.

Uang juga bermain ditahun politik ini, salah satu contohnya adalah pembelian suara, tidak ada yang salah akan hal itu, tapi pernahkah kita berfikir bahwasanya sangat rugi kita sebagai masyarakat yang memiliki hak suara, malah suara kita di beli oleh para pencari kursi. Yang dimana seharusnya kita bisa menggunakan hak suara kita untuk memilih orang yang benar benar mencintai rakyat. Tapiii..... biasanya kalau sudah punya uang dan kuasa, bakal lupa sama rakyat sih.

Lagi-lagi uang pasti mengatur jalannya tahun politik ini.


Yang lebih sedihnya begini, penulis pernah membaca berita bahwasanya ada orang miskin yang di pidana karena mencuri beberapa batang kayu. Juga pernah penulis mendengar berita tentang koruptor yang mencuri uang rakyat dengan nominal M M an bahkan Trilyunan, alih alih tindak pidana, dengan kertas bernyawa yang ia miliki; ia bisa mengatur sel tahanan seperti kamar ternyaman yang ia miliki. wait lucu sekali bukan!.

Uang tidak di bawa mati, tapi uang dapat membatalkan hukuman mati.

Namun penulis merasa semakin lama, dunia ini semakin lumrah dengan budaya seperti itu, yaaa... jujur saja penulis juga pernah merasakan senangnya menggunakan uang untuk terlepas dari jeratan hukum hehe..., dengan iming iming diberi lembaran tak bernyawa oleh penulis kepada penegak hukum yang biasanya berasa di persimpangan jalan dan menggunakan rompi hijau stabile, sehingga penulis bebas dari tuntutan. Ya walaupun penulis sadar bahwasanya itu adalah hal tercela, dan menyesalinya. Namun hal itu dapat kita ambil sebagai contoh peran buruk uang dalam kehidupan kita bukan.

Selalu patuhi peraturan yang ada ya teman-teman!.

Tapi akhir akhir ini juga banyak beredar berita uang palsu, sehingga banyak pihak yang dirugikan. Sebegitu sulitnya mencari uang, sedangkan sebegitu berharganya uang sehingga oknum oknum tersebut sanggup untuk memalsukan lembaran tersebut. Bahkan ada orang yang sanggup melakukan cara apapun supaya bisa menjadi miliarder, ataukah dengan hal mistis, dengan menipu, bahkan merampok ataupun membunuh orang lain; yang jelas hasrat memiliki uang yang banyak terpenuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun