Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Beramal Sambil Berpetualang, Mengapa Tidak?

13 Desember 2014   15:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:23 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="583" caption="Berinteraksi dengan anak-anak saat berpetualang (dok. pribadi)"][/caption]

Suatu hari seorang blogger asal Surabaya yang tinggal di Amerika menghubungiku. Namun karena saat itu saya berada di Papua Barat dan terisolir dari ketersediaan sarana komunikasi, saya baru membalas sahutannya beberapa bulan kemudian.

Rupanya Bu Lek Evia (nama blogger yang menghubungiku) telah browsing dan menemukan tulisanku tentang Papua di dunia maya, termasuk di Kompasiana. Setelah berpikir keras dan berdiskusi panjang, akhirnya beliau dan keluarga memutuskan untuk tak jadi berlibur ke Raja Ampat atau Lembah Baliem, tetapi memilih untuk datang ke Pulau Tarak, Fakfak, tempat saya bertugas.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Kampung Tarak, Distrik Karas, Fakfak, Papua Barat tempat saya bertugas (dok. pribadi)"][/caption]

"Apa yg bisa kubantu di sana? Boleh bantu mengajar?" begitu pertanyaannya. Bagi saya, ini adalah pertanyaan yang melebihi standar traveler biasa. Karena biasanya traveler akan mencari jawaban dari pertanyaan tempat menarik apa saja yang bisa kudatangi saat berada di sana?

Singkatnya, ketika Bu Lek Evia sekeluarga sampai di Tarak, mereka tak hanya menikmati keelokan alam Papua saja, tetapi juga berinteraksi sepenuhnya dengan masyarakat, menceritakan pengetahuan baru kepada anak-anak di sekolah, memperbaiki genset kampung, bahkan mengajar angklung.

[caption id="attachment_340913" align="aligncenter" width="567" caption="Bu Lek Evia saat menginspirasi anak-anak di SDN Tarak (dok. enkoos.com)"][/caption] Apa yang terjadi berikutnya? Ledakan emosional tertumpah saat 10 hari telah terlewati dan Bu Lek Evia harus kembali. Dengan penuh haru bangga masyarakat sekampung mengantar kepulangan Bu Lek Evia yang sudah dianggap seperti saudara. Keluarga Bu Lek Evia juga merasakan haru nan bahagia tak terkira. Sudah berkali-kali menjelajah Indonesia, tetapi baru pertama merasakan traveling yang berbeda, penuh kenangan yang akan selalu terbayang, begitu katanya.

Hingga sekarang, komunikasi tetap terjalin antara Bu Lek Evia sekeluarga dengan masyarakat Kampung Tarak. Bahkan meskipun tinggal di Amerika, baru-baru ini Bu Lek Evia berkolaborasi dengan masyarakat hingga membuahkan sebuah karya luar biasa dengan membuat kamus bahasa Pulau Tarak. Jelas ini sangat bermanfaat untuk melestarikan kekayaan bahasa daerah sebagai penyokong kebudayaan nasional. Karena hanya di Indonesialah indahnya alam diisi dengan keragaman suku, bahasa, dan berbagai adat masyarakatnya (#IndonesiaOnly).

[caption id="attachment_340928" align="aligncenter" width="512" caption="Kamus Bahasa Karas Darat (Tarak) karya Bu Lek Evia dan masyarakat"]

1418432176552763048
1418432176552763048
[/caption]

Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari teman saya ini. Kita sering menyaksikan traveler yang penuh kenarsisan saat berkunjung ke destinasi wisata.Tak jarang, sebagian dari mereka juga menulis tentang bagaimana caranya, berapa biayanya, di mana menginapnya saat menuju ke sebuah lokasi menarik. Tetapi relatif sedikit traveler yang menulis tentang kontribusi apa yang bisa dilakukan saat traveling. Mengapa tidak sertakan kondisi sosial atau infrastruktur yang senyatanya terjadi kemudian mengajak traveler lainnya untuk ikut berkontribusi saat traveling ke lokasi yang dikunjungi?

Belajar dari kejadian yang dialami teman saya saat ke Pulau Tarak, saya bermimpi para traveler tak hanya mengunggah eksotisme destinasi wisata, tetapi juga menunjukan celah untuk berkontribusi saat traveling. Banyak hal yang bisa dilakukan; mengajar sejenak di sekolah, memberi penyuluhan kesehatan, mengkampanyekan kebersihan, dan berbagai aktivitas sesuai kreatifitas tiap traveler.

Dari berbagai aktivitas yang dilakukan tersebut, harapannya akan terbentuk simpul baru antara jaringan traveler, blogger, maupun photographer dengan masyarakat di sekitar destinasi wisata. Kegiatan positif yang dilakukan ini juga bisa dijadikan sebagai pemicu (trigger) menuju kemandirian destinasi wisata yang berada di kampung-kampung cantik di pesisir pantai, di lekukan lembah, di kaki-kaki gunung yang biasanya sering mengalami ketimpangan kesejahteraan.

Selain itu, kontribusi nyata yang dilakukan oleh traveler juga bisa dijadikan media untuk mempopulerkan kemauan untuk secara sukarela (volunteer) berbagi kepada sesama saudara sebangsa saat traveling atau melakukan kegiatan pariwisata lainnya (tourism). Proses penyebarannya pun relatif murah dan tak perlu ribet, karena yang demikian bisa diposting di social media, atau di Kompasiana.

Dalam diskusi lebih lanjut, kegiatan yang dilakukan dan terpublikasi di dunia maya juga mungkin menggerakkan perhatian pemerintah yang sering ketinggalan langkah dalam mempedulikan potensi daerah.

Terakhir, seperti pernah dilansir oleh Huffington Post, terbukti volunteering dan traveling menjadi dua aktivitas yang mampu meningkatkan kebahagiaan seseorang. Betapa asiknya, berpetualang di negeri seindah Indonesia (seperti terlihat di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia), juga dapat kenangan manis bersama warga, syukur-syukur mendapat pahala. Semoga ketulusan dalam beramal selama berpetualang ini mampu membawa kebahagiaan lahir batin yang berlipat bagi traveler nusantara.

Selamat menikmati akhir pekan. Tetaplah menggemakan #WonderfulIndonesia!

[caption id="" align="aligncenter" width="510" caption="Beragam aktivitas yang membuat kita bisa bahagia, diantaranya traveling dan volunteering (www.huffingtonpost.com)"]

Beragam aktivitas yang membuat kita bisa bahagia, diantaranya traveling dan volunteering (www.huffingtonpost.com)
Beragam aktivitas yang membuat kita bisa bahagia, diantaranya traveling dan volunteering (www.huffingtonpost.com)
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun