[caption id="attachment_316276" align="aligncenter" width="448" caption="Candi Sojiwan, salah satu spot asik untuk mengisi liburan (dok. pribadi)"]
6. Mencari substitusi barang yang lebih bermanfaat
Bulan puasa dan lebaran sering dijadikan momentum untuk berkumpul dengan keluarga besar atau melaksanakan reuni bersama teman-teman lama. Tak jarang kita membeli sesuatu untuk oleh-oleh, atau kenang-kenangan. Untuk urusan seperti ini sebaiknya kita lebih mengutamakan fungsi dari pada gengsi suatu barang.
Mungkin gimmick untuk keponakan yang biasanya membelikan petasan diganti dengan membelikannya celengan. 'Angpao' untuk anak-anak pelan-pelan dikurangi dan disisipi mainan edukatif. Roti merk luar negeri disubstitusi dengan barang-barang yang multifungsi.
[caption id="attachment_316277" align="aligncenter" width="448" caption="Mainan edukatif-tradisional-ramah lingkungan (www.twitter.com/yododolanan)"]
7. Mengelola pengeluaran dengan disiplin
Pengeluaran di saat bulan puasa dan lebaran terkadang tak terasa telah melampaui batasan yang kita perkirakan. Awasi semua pengeluaran dengan memperhatikan mana yang menjadi keinginan, dan mana yang merupakan kebutuhan. Saya yakin setiap pembaca kompasiana sudah cerdas bagaimana merinci pos-pos pengeluaran, tantangannya terletak pada mampu atau tidaknya kita untuk disiplin dalam mengelolanya.
[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Bijaklah mengelola uang (www.businessandfaith.eu)"][/caption]
Jika komunikasi dan harmonisasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah telah terjalin, maka giliran masyarakat lah yang ikut berperan aktif dalam mengatur sendiri alokasi pengeluarannya untuk menjaga kestabilan harga.
Selamat menikmati akhir bulan puasa, selamat menjaga kestabilan harga!