Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Senyum Pak Noersamsi Terbawa Sampai Mati

13 Agustus 2019   17:08 Diperbarui: 14 Agustus 2019   06:54 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lelucon Pak Noersamsi (Minggu, 29/11/2015) membuat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terpingkal-pingkal (Dok-ABH)

Berita yang saya baca tanggal 10 Agustus 2019 itu sungguh sulit dipercaya. Berjenak-jenak saya terpukau. Satu hingga tiga kali mengulang-ulang baca. Sampai akhirnya membuat kepastian, berita itu bukan hoax.

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh...

Innalillahi wainnailaihi rajiun...telah berpulang ke Rahmatulloh...Bapak kami, Moch Noersamsi di padang Arafah saat melaksanakan haji...kami sekelkuarga dengan rendah hati mohon dibukakan pintu maaf jika Almarhum punya salah dan khilaf. Baik disengaja maupun tidak, selama ini. Mohon didoakan agar semua amal ibadah bapak kami diterima oleh Allah SWT...serta kami yang ditinggalkan diberikan ketabahan...aamiin. Wasalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh.

Pesan di atas saya kutip seperti aslinya. Dari Grup WA 'Takmir Masjid Al Muslimun' Surabaya, pukul 09.39 WIB yang dikirim oleh Indra Nur Samsi. Sekitar tujuh menit berlalu, belum ada komentar dari kawan-kawan anggota grup.

Saya pun menulis komentar: Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Keingatan, beberapa hari lalu masih sempat berkomentar di grup ini. Semoga amal-amalnya diterima Allah Swt. Salam [ABH]. 

Terhadap sebuah berita duka, setiap orang tentu penasaran. Siapa pula pengirim pesan ini. Namanya asing di dalam grup. Saya memberanikan diri menghubungi nomor tersebut. Diterima seorang pria. Mengaku sebagai putra Pak Noersamsi.

Lewat telepon, dia lalu menjelaskan kronologi kejadiannya. Pak Noersamsi merupakan calon Jemaah haji KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) 'Al Multazam' Sidoarjo. Berangkat tanggal 29 Juli 2019 tergabung dalam kloter 68. Pada hari Sabtu dini hari itu Pak Noersamsi, sedang persiapan menghadapi puncak ibadah haji. Wukuf.

Beliau yang sudah mengenakan kain Ihram mendadak sakit. Kondisi Pak Noer -sapaan akrab Noersamsi, sangat rapuh. Oleh KBIH terpaksa dibawa ke RS Mina. Sekitar pukul 02.15 waktu Arab Saudi (di tanah air pukul 06.15 WIB) Pak Noer mengembuskan nafas terakhir. Almarhum meninggal dunia pada usia 77 tahun. Jenazahnya dimakankan tidak jauh dari Padang Arafah.

"Padahal setengah jam sebelum ambruk sempat bicara dengan ibu. Bapak video call, terlihat sudah mengenakan ihram" tutur putra kedua Pak Noersamsi. Di video itu wajah Pak Noer tersenyum berseri-seri. Masuk akal. Siapa pun orangnya pasti bahagia. Puncak haji sebentar lagi.

Kabar wafatnya Pak Noer seketika menyebar. Warga Rungkut Barata dan Pengurus Yayasan Masjid Al Muslimun, sangat terkejut. Apalagi sudah menjelang hari "H" pelaksanaan hari raya Idul Adha 1440 Hijriah. Sabtu malam, setelah shalat Isya, diadakan shalat Ghaib untuk mendiang Pak Noersamsi.  

Kesaksian

Ir. Mukti Hartono -Ketua Pembina Yayasan Al Muslimun, sempat berlinang air mata ketika menceritakan sosok seorang Noersamsi. Maklum, mereka sama-sama karyawan PT Barata Indonesia. Karir antara Pak Mukti dengan Pak Noer ditakdirkan selalu beririsan. Seiring sejalan.

Pada tahun 1988-an Ir. Mukti Hartono Kepala Pabrik Cabang Konstruksi Baja dan Sipil di PT Barata Indonesia. Pak Noersamsi menjadi salah seorang pimpinan unit di bagian yang sama. Ketika Pak Mukti pindah tugas, maka Pak Noer lah yang menggantikan posisinya.

Secara kebetulan Pak Mukti dengan Pak Noer tempat kediamannya berada satu komplek. Keduanya bertemu lagi di kepengurusan sosial dan keagamaan. Tahun 2010 Pak Mukti menjadi Ketua RW 03 Rungkut Barata, Surabaya. Tiga tahun berikutnya (2013) terjadi pergantian pengurus. Lagi-lagi Pak Noersamsi tampil menjadi Ketua RW mengganti Pak Mukti.

"Pak Noersamsi tipikal orang marketing. Kritis dan idealis. Selalu mengarah pencapaian yang terbaik" kenang Ir. Mukti Hartono. 

Perkenalan saya dengan Pak Noer dimulai di masjid. Dia menjadi ketua panitia pengelolaan hewan kurban. Bukan cuma sekali, atau beberapa kali. Tetapi hampir selalu setiap tahun. Pernah, misalnya, dua kali berurut-turut. Lalu terhenti pada satu periode. Eh, tahun berikutnya Pak Noersamsi lagi ketuanya.

Dalam struktur organ yayasan periode 2016-2021 nama Noersamsi menjadi Ketua Biro Zakat Infaq Shodaqoh. Yayasan menaungi Sinoman Makam Islam RW. Pak Noersamsi menjadi ketua sinoman periode 2019-2022. Ternyata jika ditarik ke belakang, pengabdian beliau terhadap urusan kematian ini dimulai sejak awal. Ketika itu namanya masih Pengurus Lahan Makam.

Foto terakhir Pak Noersamsi bersama rekan-rekan di Masjid Al Muslimun pun muncul. “Kenangan tgl 24 Juli 2019, penyeraham Amandemen AD/ART Sinoman Makam Islam RW 03” tulis Soewignyo, sekretaris yayasan masjid sekaligus sekretaris sinoman.

Satu bulan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, Pak Noer dan pengurus sinoman sedang getol merampungkan AD/ART. Menurut Suharto, Ketua Tim Amandemen dan Soesanto, Sekretaris Tim, sosok Noersamsi sangat berkesan.

Pak Noer, menurut mereka, minta agar segala urusan amandemen AD/ART dipercepat. Amandemen itu penting karena sejak tahun 2008 aturan lahan makam yang berubah nama menjadi sinoman makam belum pernah tersentuh pembaharuan.

“Alhamdulillah, amandemen AD/ART sinoman rampung dalam tempo sebulan” kata H. Soesanto. Menurut Soesanto, Pak Noer sangat teliti. Dia tak hanya mendesak agar cepat selesai. Tetapi, juga memberikan masukan dan revisi kata demi kata.

Pengesahan Amandemen AD/ART Sinoman. Dari kini Soesanto, Soeharto, Noersamsi, Soewignyo (Dok Al Muslimun)
Pengesahan Amandemen AD/ART Sinoman. Dari kini Soesanto, Soeharto, Noersamsi, Soewignyo (Dok Al Muslimun)
Selain berada di organisasi kepengurusan masjid, dia tercatat sebagai pelaksana proyek-proyek besar pengembangan masjid Al Muslimun. Mulai pembangunan menara masjid hingga gedung dakwah.

Sebagai Ketua RW Pak Noer berusaha menyempurnakan fasilitas umum Perumahan Rungkut Barata. Tata kelola fasum yang tadinya "tak bertuan" tahap demi tahap dikonvergensikan dengan Pemerintah Kota Surabaya. Secara pribadi saya sering diajak diskusi. Memang bukan persoalan mudah. Namun Pak Noer seperti tak pernah kenal lelah. 

Pernah terpikir oleh saya. Dalam usia yang semakin menua Pak Noer selayaknya berada pada posisi tut wuri handayani -cukup dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Sewaktu hal itu saya sampaikan, dia hanya tersenyum. Senyuman itu seolah-olah menggoreskan kesan: senyumnya orang ikhlas.

Pak Noer  orang yang pendiam. Aktif, disiplin, tetapi juga mudah bergaul. Dia menyadari betul jika dia memiliki kekurangan dan kelebihan atas dirinya. Ketika menjadi Ketua RW, dia memilih Ibu Wahyuningsih (istri Ir. Mukti Hartono, ketua RW sebelumnya) sebagai Ketua PKK Rungkut Barata. Bukan Ibu Noersamsi.

Mengapa? Menurut Pak Mukti, sosok Noersamsi butuh "pendamping" yang kadang-kadang bermata dua. Keikhlasan Noersamsi, kata Pak Mukti, bisa kebablasan kalau tidak ada alarmnya. Bu Mukti dengan mudah bisa menjadi alarm. Dengan cara elok memberi masukan. Sebab, Pak Noer di tengah keikhlasan yang dia miliki, sekali tempo juga bisa meledak emosinya.

Perginya Sang Penari

Rumah kediaman keluarga Pak Noer di Rungkut Barata VIII/3 Surabaya tidak pernah sepi. Ketika saya berkunjung (Senin, 11/8) puluhan pelayat terlihat datang. Memenuhi halaman depan rumah hingga ruang belakang. Nyonya Indrawati -istri almarhum Pak Noer, menemui para tetamu didampingi dua anaknya masinf-masing, Ari Nuryandara (lahir 7 April 1972) dan Virgi Arianto (lahir 22 September 1974).

Masih dibalut kesedihan, Nyonya Indrawati bercerita, tentang sebuah firasat. Sebelumnya berangkat Pak Noer berulangkali bilang kepada istrinya. "Bener ya. Mati di tanah suci itu idaman banyak orang". Bu Noersamsi menghalau ucapan suaminya, "Ah, jangan bicara macam-macam. Besok sudah mau berangkat..."

Nyonya Indrawati lebih dahulu berhaji pada tahun 2016. Waktu itu Pak Noer ikhlas. Pak Noer mengalah demi mematuhi aturan haji. Padahal aturan itu justru "menghambat" niatnya berangkat haji dengan sang istri.

Virgi, putra bungsu Pak Noer juga punya firasat. Seminggu sebelum berangkat, Pak Noer bertanya, "Apa kamu bisa shalat jenazah?" Tentu saja Virgi kaget. Tetapi sang bapak tersenyum, ketika Virgi, dengan tegas menjawab: "Bisa..."

Senyuman Pak Noer yang diceritakan oleh Virgi itu, saya berani pastikan. Sama persis dengan senyum yang pernah ditunjukkan kepada saya: senyumnya orang ikhlas!

Noersamsi merupakan putra Sumenep kelahiran 23 November 1942. Di kartu tanda pengenal (KTP) nama sebenarnya tertulis:  Moeh Noer Samsi. Antara Noer dengan Samsi ada spasi atau jarak. Tetapi para sahabat dan keluarganya lebih nyaman memanggil nama Noersamsi, atau Pak Noer.

Saya -dan mungkin para tamu yang bertakziah lebih banyak berdiam diri. Kami seolah-olah menyaksikan gerakan perjalanan semasa hidup sosok Noersamsi. Gerakan seorang penari. Meliuk-liuk dalam sejarah kemanusiaan.

Kisah hidup Pak Noer tidak pernah bisa dibandingkan seperti kisah-kisah sinetron. Kisah yang ditulis sutradara sekadar memenuhi selera pemirsa. Sementara Pak Noer, kisahnya ditulis oleh Allah.

Pak Noer terlalu cukup menjaga rasa ikhlas. Teman dan sahabatnya sudah duluan berhaji. Pak Noersamsi berhaji di usia senja. Ternyata terjawab semuanya. Sampai dia siap menanggung semuanya. Pak Noer cukup bisa menjaga hati. Hingga Allah berkenan memanggilnya...

Pak Noer telah menemukan dunia yang memberinya kedamaian. Senyuman Pak Noersamsi terbawa sampai mati.

Artikel terkait: KH. Maimun Zubair Pergi Haji Selagi Muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun