Saya -dan mungkin para tamu yang bertakziah lebih banyak berdiam diri. Kami seolah-olah menyaksikan gerakan perjalanan semasa hidup sosok Noersamsi. Gerakan seorang penari. Meliuk-liuk dalam sejarah kemanusiaan.
Kisah hidup Pak Noer tidak pernah bisa dibandingkan seperti kisah-kisah sinetron. Kisah yang ditulis sutradara sekadar memenuhi selera pemirsa. Sementara Pak Noer, kisahnya ditulis oleh Allah.
Pak Noer terlalu cukup menjaga rasa ikhlas. Teman dan sahabatnya sudah duluan berhaji. Pak Noersamsi berhaji di usia senja. Ternyata terjawab semuanya. Sampai dia siap menanggung semuanya. Pak Noer cukup bisa menjaga hati. Hingga Allah berkenan memanggilnya...
Pak Noer telah menemukan dunia yang memberinya kedamaian. Senyuman Pak Noersamsi terbawa sampai mati.
Artikel terkait: KH. Maimun Zubair Pergi Haji Selagi Muda