Mohon tunggu...
Arifin
Arifin Mohon Tunggu... Guru Penulis

Guru biasa yang ingin terus membaca, menulis, berbagi dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Deep Learning Menurut Michael Fullan

16 Februari 2025   20:59 Diperbarui: 16 Februari 2025   20:59 5155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca Michael Fullan (Sumber : Koleksi Pribadi)

Implementasi Deep Learning

Buku ini menyertakan berbagai studi kasus dari 1.200 sekolah di tujuh negara, menunjukkan bagaimana deep learning telah diterapkan dengan sukses. Salah satu contohnya adalah kisah Alex, seorang siswa kelas satu di Ontario, Kanada, yang awalnya enggan berbicara di kelas karena rasa tidak percaya diri. Melalui kolaborasi dengan siswa SMA menggunakan teknologi digital, Alex berkembang menjadi pembicara yang percaya diri dan aktif dalam pembelajaran.

Fullan mengakui bahwa menerapkan deep learning tidaklah mudah. Tantangan utama termasuk resistensi terhadap perubahan, kurangnya sumber daya, dan kesenjangan dalam sistem pendidikan. Namun, ia menawarkan solusi seperti membangun koherensi sistemik, melibatkan semua pemangku kepentingan, dan menggunakan alat penilaian autentik untuk mengukur kemajuan siswa.

Menurut Fullan, agar deep learning ini bisa diimplementasikan dengan baik dan mencapai tujuannya, dibutuhkan prasyarat. Apa itu? Yaitu RE-CULTURING, dengan memposisikan proses pembelajaran di jantung perhatian dan gerakan perubahan di sekolah.

Setiap orang di sekolah harus memposisikan diri sebagai pembelajar. Kepala sekolah , guru, staf TU dan semuanya, menjadi pembelajar. Kepala sekolah, sebagai pemimpin puncak, membentuk budaya pembelajaran (culture of learning) dengan menjadi model pembelajar, membangun partisipasi, kolaborasi, dan mengembangkan kebiasaan berbagi praktik baik antar warga sekolah.

Di sinilah tantangan terberat dalam implementasi deep learning. Mengingat budaya belajar di sekolah kita semakin memudar. Kita memang melihat ada kegiatan SCHOOLING namun sedikit sekali yang melakukan LEARNING (apalagi deep learning). Kita sedang melihat peristiwa "schooling but not learning."

Jika mau jujur bertanya, ada berapa kepala sekolah yang rajin membaca buku dan suka diskusi perkembangan ilmu (terutama terkait pendidikan). Ada berapa persen kepala sekolah yg keputusan-keputusan strategisnya berbasis ilmu dan pengetahuan terkini. Ada berapa dari mereka yang setiap harinya benar-benar fokus pada upaya perbaikan pembelajaran guru. Bukan sekadar keliling dari kelas ke kelas mencatat jam kosong, tetapi belum fokus pada supervisi dan memberikan umpan balik untuk perbaikan.

Begitu juga dengan guru, belum semua guru mau belajar tentang berbagai pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran. Setelah mereka mengajar sekian puluh tahun, hampir tidak ada peningkatan kompetensi pedagogis. Mereka masih saja berada di lingkaran pemanfaatan metode ceramah, diskusi , penugasan dan presentasi. Padahal masih ada puluhan model dan metode pembelajaran yang mungkin lebih tepat dan efektif diterapkan yg bisa mengantarkan siswa pada kedalaman pemahaman konsep.

Inilah yang harus dibudayakan ulang (re-culturing). Kepala sekolah, guru dan semuanya, bareng-bareng belajar dan fokus pada perbaikan proses pembelajaran.

Epilog

Meskipun buku ini dipuji karena visinya yang transformatif, beberapa kritikus menyatakan bahwa isinya terlalu teoritis dan kurang memberikan panduan praktis yang rinci. Misalnya, rubrik penilaian yang disediakan dianggap terlalu umum dan tidak memberikan contoh konkret tentang bagaimana mengukur deep learning secara efektif. Namun, Fullan dan rekan-rekannya menegaskan bahwa kerangka kerja mereka dirancang untuk fleksibel dan dapat disesuaikan dengan konteks lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun