Mohon tunggu...
Arifin Pratomo
Arifin Pratomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - original

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan Hidup Seorang Cleaning Service

20 April 2021   00:43 Diperbarui: 20 April 2021   00:59 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Cleaning Service, profesi yang hanya di pandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa pekerjaan sebagai cleaning service adalah pekerjaan yang sangat mulia. Itulah profesi yang saat ini dijalani oleh pak Edi, laki-laki tua yang sudah menginjak usia 48 tahun dan memiliki 4 orang anak diantaranya 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan masih berusia 4 tahun dan ketiga anak laki-lakinya masih berada di bangku sekolah SMP dan SMA. 

Pak Edi sendiri bekerja sebagai Cleaning Service sudah 6 tahun lamanya disekolahku dulu SMK Negeri 4 Tebo. Pekerjaan kecil yang dijalani pak Edi dengan penuh rasa semangat dan rasa tanggung jawab besar tidak membuat pak Edi berkecil hati. Ia tetap semangat berangkat bekerja dari pagi hingga siang, terkadang tanpa rasa lelah pun ia berjaga malam disekolah untuk mendapatkan uang lembur tambahan.

Lelaki kelahiran Solo, 04 Januari 1973 ini setiap bulannya hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.200.000. Walaupun dengan nominal gaji yang cukup kecil itu akan tetapi, pak Edi tetap menerima dengan penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa "Apabila pekerjaan dijalani dengan penuh rasa ikhlas maka akan selalu membawa berkah untuk kehidupannya". Dengan hadirnya seorang anak kecil yang masih BALITA dalam keluarga sederhananya, pak Edi semakin merasa bertambah beban yang harus dipikulnya. 

Pasalnya semua anak pak Edi yang masih sekolah membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk keperluan belajar, dan ditambah lagi anak perempuannya yang masil BALITA harus minum susu formula karena ibunya tidak bisa memberika ASI eksklusif dikarenakan factor tertentu. 

Dengan kondisi ekonomi yang seperti ini, pak Edi berusaha dengan sebaik mungkin untuk bias mengatur pengeluaran yang diperlukan untuk keluarga kecilnya. Agar anak-anaknya masih tetap bias bersekolah sampai mereka bisa menaikkan derajat pak Edi yang hanya sebagai seorang cleaning service di sekolah.

Selain karena panggilan kepala Sekolahku dulu, alasan mengapa pak Edi memilih bekerja sebagai cleaning service adalah, karena tidak adanya pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya karena pak Edi hanya lulusan SD. Sering kali pak Edi mengucap rasa syukur karena sudah diberikan pekerjaan dengan layak untuk bisa menghidupi keluarganya karena ia merasa masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap bahkan hanya bergantung hidup kepada orang lain. Ayah dari empat anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaannya, terkadang pak Edi juga menyempatkan diri di sela-sela jam istirahat sekolahku dulu untuk hanay sekedar mengobrol denganku dan teman-temanku. 

Karena keramahan beliaulah yang membuatku mengingat sampai detik ini. Tidak lupa pula beliau selalu memberi nasehat bahwa "Kehidupan harus tetap berjalan sebagaimana mestinya dan apapun rintangannya, yang terpenting tetap bersyukur dan semangat menjalani hidup" itulah salah satu nasehat beliau yang selalu aku ingat.

Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal itu juga yang sering dialami oleh pak Edi. Menjalanin profesi sebagai cleaning service tidaklah mudah. Terkadang ia mengalami hambatan dan masalah. Hambatan dan masalah itu muncul  karena ada beberapa siswa yang tidak menghargainya sebagai cleaning service, mereka membuang sampah sembarangan, dikala waktu hujan memakai sepatu di atas lantai dan berjalan-jalan semaunya, menyuruh pak Edi dengan nada keras, terkadang menentangnya. Padahal pekerjaan yang ia jalani tidak semudah itu untuk dilakukan. Banyak yang memandang rendah pekerjaan sebagai cleaning service padahal itu semua demi kenyamanan bersama. Dengan senyum khasnya, pak Edi terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia kini jalani dan yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang ia geluti itu.

Jika ada waktu luang, pak Edi menggunakan waktu luangnya itu selain untuk mengobrol dengan kami juga ia menggunakannya untuk membaca AL-Quran Mushola sekolah. Lantunan ayat suci yang pak Edi bacakan sangat merdu dan sering kali membuat saya kagum kepadanya. Ia tidak ingin ketinggalandalam berburu amal untukl bekal diakhirat kelak. Pak Edi selalu ingin menjalani hari demi hari semaki lebih baik, beliau selalu mengingat bahwa ajal selalu dekat didepan matanya. Walaupun ia miskin harta dunia akan tetapi, pak Edi tidak ingin miskin diakhirat kelak. Diusianya yang menginjak 48 tahun pak Edi tidak ingin membuang banyak waktu untuk bersantai-santai ia semakin giat bekerja agar anak dan istrinya tidak merasakan kesusahan untuk hanya sekedar makan.

Menjalani profesi sebagai cleaning service sudah dijalani pak Edi selama tahun 2010 sebelum bekerja sebagai cleaning service di sekolahku dulu pak Edi adalah seorang pedagang kerupuk keliling di komplek perumahanku, maka dari itu aku cukup akrab dengannya.  Pak Edi adalah cleaning service yang selalu mengenakan peci hitam yang sudah mulai memudar warnanya menjadi kecoklatan, peci ini yang banyak dikenal oleh siswa disekolahku dulu. Pak Edi dikenal karena penampilannya yang khas, maupun sikap ramah dan semangatnya dalam mengerjakan pekerjaanya itu. Inilah yang membuat pak Edi sebagai cleaning service terbaik dan disegani banyak orang di sekolahku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun