Mohon tunggu...
arifdaayu
arifdaayu Mohon Tunggu... Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Dosen dan peneliti di bidang patologi tumbuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Gambir dan Upaya Pengendaliannya

30 Mei 2025   13:39 Diperbarui: 30 Mei 2025   13:57 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gejala Bercak Daun pada Tanaman Gambir (Sumber: Doc Pribadi)

Indonesia dikenal sebagai produsen gambir nomor 1 dunia dan hampir 80% dari ekspor gambir Indonesia berasal dari Sumatera Barat. Salah satu tujuan ekspor gambir terbesar dari Indonesia yang permintaannya terus meningkat mencapai 13.000 hingga 14.000 ton per tahun adalah Negara India. Potensi ekstrak gambir telah memicu peningkatan permintaan, dimana permintaan gambir di Sumatera Barat pada tahun 2021 telah mencapai 16.375 ton/tahun. Akan tetapi, produktivitas gambir di Provinsi Sumatra Barat mengalami penurunan. Berdasarkan data BPS Sumatera Barat (2022), produksi gambir menurun sebesar 20% dari tahun 2015 hingga 2022. 

Produktivitas gambir yang sering kali mengalami penurunan tersebut dapat disebabkan oleh gangguan organisme pengganggu tanaman, salah satunya penyakit bercak daun. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh patogen jamur seperti Phyllosticta spp., Cercospora spp., dan Colletotrichum spp. yang menyerang permukaan daun, menimbulkan bercak-bercak nekrotik, dan menyebabkan kerusakan jaringan daun. Daun yang terserang penyakit mengalami penurunan aktivitas fotosintesis, pertumbuhan terhambat, dan dalam kasus yang parah, mengalami gugur dini sebelum dapat dipanen. Penyakit becak daun pada tanaman gambir belum banyak yang mengetahui dan juga belum banyak yang meneliti. Penyakit bercak daun pada tanaman gambir yang umum muncul dengan gejala bercak pada daun, busuk kering pada daun, dan bercak di pinggir daun gambir. Patogen yang menyebabkan gejala bercak daun adalah jamur Conospora, Phomaceae, dan atau Oxsipulaceae (Azmi, 2006).

Infeksi bercak daun tidak hanya mengurangi jumlah daun sehat yang dapat dipanen, tetapi juga mampu menurunkan kandungan katekin yang ada di dalam jaringan daun. Hal ini berdampak langsung terhadap penurunan rendemen getah gambir yang dihasilkan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Meskipun demikian, studi mengenai hubungan langsung antara tingkat keparahan penyakit bercak daun dan penurunan produksi getah masih terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. Oleh karena itu, pemahaman lebih lanjut mengenai dampak penyakit bercak daun terhadap produksi getah pada daun gambir menjadi penting untuk mendukung upaya pengendalian penyakit serta peningkatan hasil panen yang berkelanjutan.

Upaya dalam pengendalian penyakit bercak daun, aspek menjaga sanitasi lahan menjadi sangat penting.  Pastikan bahwa lahan bebas tumbuhan gulma. Gulma dapat bertindak sebagai inang alternatif.  Mengingat patogen penyakit ini bersifat sebagai air borne pathogen maka harus diwaspadai ketika terjadi hujan dan hembusan angin yang kuat  karena akan memindahkan spora dari sumbernya ke tanaman gambir lainnya.  

Sebaiknya perkebunan gambir mengembangkan areal pertanaman penyekat dari jenis tanaman lain seperti pola pertanaman polikultur dengan tanaman lain. Tanaman tersebut yang dapat berperan sebagai penyangga terhadap persebaran propagul patogen ke lokasi pertanaman gambir.  Pada pembibitan, sebaiknya dikurangi intensitas penyiraman air dan naungan terutama terhadap bibit yang masih sangat muda untuk mencegah kelembaban yang berlebih atau mendukung patogen; juga dihindari pelukaan daun pada saat pemindahan tanaman karena akan memudahkan infeksi daun patogen terhadap bibit tanaman.  Penggunaan fungisida juga harus bijaksana dan selalu memprioritaskan monitoring terhadap serangan patogen sejak awal sehinggamemudahkan untuk menentukan pada saat kapan dan jumlah fungisida yang dibutuhkan (Sutarman, 2017).

Pengendalian yang telah dicoba disosialisasikan dalam pelatihan dan pendampingan budidaya gambir  dengan cara: 

a) Pengurangi kelembaban dengan cara mengurangi jumlah naungan, 

b) Penggunaan fungisida seperti Dethane M45. 

(Purnawati, et al., 2018).

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun