Wanita cantik dan energik bernama lengkap Yuniana Oktoviati ini akrab dipanggil Tovi. Dia adalah kakak kelas saya semasa SMA. Bulan Maret kemarin nama mbak Tovi sempat muncul di beberapa situs berita online karena banyak pihak yang tertarik untuk mempublikasikan usahanya dalam mendirikan warung gratis untuk para duafa di Yogyakarta.
Warung ini berupa warung makan tenda sederhana dengan konsep mirip seperti angkringan. Bedanya warung ini hanya buka setiap hari jumat saja dan siapapun yang datang untuk makan di tempat ini tidak akan dipungut biaya sama sekali alias gratis. Setiap hari jumat ada 3 orang karyawan perempuan yang bertugas untuk melayani para pengunjung warung shodaqoh milik mbak Tovi ini. Pengunjung yang jadi pelanggannya juga macam-macam mulai dari anak-anak jalanan, penarik becak, pemulung hingga lansia dan para tunawisma semuanya akan dilayani dengan baik dan masing-masing boleh mengambil nasi sebanyak 2 porsi.
Warung yang buka mulai jam 11.00 WIB ini tidak pernah sepi pengunjung. Dalam sehari rata-rata 120 - 150 porsi nasi yang disediakan sudah habis sebelum jam 12.00 WIB. Ide awal didirikannya warung ini adalah karena mbak Tovi terinspirasi dengan sebuah postingan foto di facebook yang menampilkan gambar sebuah warung shodaqoh di Pekalongan. Bagi mbak Tovi ide tersebut sangat menarik dan ia pun langsung tergerak untuk ikut mendirikan warung shodaqoh yang dibiayai dari uang miliknya sendiri dengan mengambil lokasi di trotoar depan rumahnya di Jalan Gedongkuning 126B.
[caption id="attachment_380950" align="aligncenter" width="400" caption="Beberapa contoh menu makanan yang disediakan di warung shodaqoh"]

Sejak bulan September 2014 warung ini sudah mulai beroperasi. Di sini disediakan nasi, sayur, lauk lengkap dengan teh hangatnya. Banyak pengunjung yang mengaku sangat terbantu dengan adanya warung shodaqoh milik mbak Tovi ini. Tak hanya tukang becak atau pemulung saja yang merasa terbantu, mahasiswa kere pun juga boleh datang untuk ikut makan gratis di warung ini.
Menurut cerita mbak Tovi, awalnya banyak orang yang tidak percaya bahwa makan di warung ini benar-benar gratis. “Banyak yang mengira saya punya niat tersembunyi di balik warung gratis ini. Saya sampai manggil-manggil tukang becak, pemulung atau siapapun yang lewat depan warung untuk mampir. Bahkan saya sampai nyebar-nyebar brosur ke lampu merah, pasar dan terminal biar orang mau singgah” ucap wanita berusia 33 tahun ini.
[caption id="attachment_380951" align="aligncenter" width="630" caption="Senyum anak-anak pengunjung warung shodaqoh"]

“Niat saya membuka warung shodaqoh ini murni untuk berbagi ke sesama. Apalagi saat ini biaya hidup termasuk untuk makan juga semakin mahal”, jelasnya lagi. Bagi mbak Tovi masalah perut itu penting. Kadang ada orang yang terpaksa mau melakukan tindak kejahatan seperti mencuri dengan alasan karena perut yang lapar. Mbak Tovi berharap dengan memberikan makanan yang sehat dan layak bagi yang membutuhkan, maka upayanya ini dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi bagi anak-anak yang kurang mampu, meringankan beban ibu-ibu kaum duafa dalam menyediakan makan untuk keluarganya serta membantu para mahasiswa kere dalam menyambung hidup selama menggapai cita-citanya di Yogyakarta.
[caption id="attachment_380958" align="aligncenter" width="311" caption="Ramainya pengunjung warung shodaqoh"]

Ibu dari 2 orang anak bernama Carens dan Carlito ini memang ingin melakukan gerakan shodaqoh secara rutin. Mbak Tovi percaya bahwa shodaqoh bermanfaat untuk membersihkan harta. “Sebagian dari harta yang kita miliki adalah haknya kaum duafa sehingga hak itu harus secara rutin kita berikan kepada mereka. Bagi saya harta yang saya gunakan untuk memberi makan anak-anak di rumah itu harus bersumber dari harta yang halal dan thoyyib. Hal ini pengaruhnya sangat besar dalam pembentukan mental dan karakter anak-anak saya”.
Momen Titik Balik Yang Tak Terlupakan