Suka duka,  jatuh bangun, berliku dan panjang, itulah yang dialami PSIM selepas  terdegradasi ke kompetisi level dua belasan tahun silam.  Sempat mau kembali ke kompetisi nomor satu tapi kalah dari Persegres di play off, 2012 lalu. Selepas itu sangat sulit Naga Jawa menembus partai penentuan untuk kembali ke habitatnya, liga teratas.
Di kompetisi kasta kedua inilah beragam masalah mendera. Dari tahun ke tahun cobaan datang begitu komplit.
Permasalahan finansial merupakan problem klasik yang muncul di setiap musim. Bahkan pernah suatu ketika mess pemain PSIM dalam kondisi gelap gulita lantaran aliran listrik diputus oleh PLN.
Para pemain harus main gelap-gelapan, merasakan panas karena AC jelas tak.menyala.
Itu karena adanya tunggakan  tagihan listrik yang belum bisa dibayar oleh manajemen kala itu.
Breum kelar sampai di situ, masalah dengan catering untuk konsumsi makan pemain. Itu masa-masa sulit yang dialami Laskar Mataram dalam perjuangannya tetap eksis di kancah sepakbola nasional. Uniknya PSIM selalu bisa punya solusi untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Tetap tegar menjalani meski kerap sudah jatuh tertimpa tangga.
Nyatanya mereka tetap selalu eksis meski hanya berkutat di Liga 2 tapi setidaknya tidak pernah terlermpar ke kasta yang lebih rendah.
Seperti halnya Bayern Leverkusen yang mendapat ledekan jadi Bayern Neverkusen. PSIM juga sempat mendapat ejekan karena terlalu lama berkutat di kompetisi nomor dua. Ledekan lewat karya visual berupa ornamen KTP. Sebuah sindiran agar manajemen serius untuk mengangkat PSIM ke kompetisi impian.
Beruntung buat PSIM karena suporternya tak surut dukungannya meski tim pujaannya selalu gagal menembus liga pertama. Lagu Aku Yakin dengan Kamu (AYDK) selalu digelorakan dalam tiap laga sebagai bukti loyalitas dan kesabaran fans PSIM pada tim pujaannya.
Dan penantian panjang yang ditunggu akhirnya datang juga di 2025. PSIM Â memastikan gelar juara sekaligus kembali ke kasta tertinggi musim depan. Â Senandung Aku Yakin Dengan Kamu mengalun penuh haru di Stadion Manahan, 26 Februari lalu. Â Kali ini haru karena bangga, bukan pilu karena kecewa gagal menembus liga utama.
PSIM juara Liga 2, indah pada waktunya  di usianya yang ke-96 tahun. Tinggal empat tahun mencapai usia satu abad.
Semoga di kasta tertinggi tetap eksis, tidak sekadar absen semusim lalu terperosok lagi. Selamat berjuang Mbah!!!
Dari Mesi, Bayer Leverkusen dan PSIM Yogyakarta bisa menjadi pelajaran berharga. Pelajaran tentang arti kesabaran dan ketegaran. Jangan lelah berusaha selagi raga masih dapat berkarya. Jangan lelah melangkah selagi kaki masih kuat menapak untuk mencapai ujung tujuan.
Kerasnya usaha tak akan menghianati hasil. Di balik kerasnya usaha, pasti akan tiba indah pada waktunya.
Salam olahraga, Aku Yakin Dengan Kamu
Arif Wahyudi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI