Mohon tunggu...
arif rahman hakim
arif rahman hakim Mohon Tunggu... -

Always try to be better

Selanjutnya

Tutup

Puisi

AKHIRNYA IA PERGI (A.2)

4 Januari 2011   19:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:57 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam perjalanan menuju stasiun, langit yang tadinya cerah berubah cepat menjadi gelap dan hujanpun turun. Dan kami tak bisa mengelak dari guyuran air hujan yang membasahi tubuh kami. Akhirnya kami tiba di stasiun, kami berlari mencarinya, dengan tubuh basah kami menelusuri setiap sudut stasiun. Dari kejauhan aku melihat sesosok pemuda berambut ikal dan berkulit gelap menggendong tas dipunggungnya, aku yakindia pasti temanku, tak kuasa menahan rasa senang, aku segera member tahu teman-temanku yang lain dan menghampiri pemuda. Ketika aku menepuk tubuhnya dari belakang, diapun menoleh dan ternyata bukan orang yang kita cari, kamipun menjadi lemas karena sudah 10 menit mencarinya tak kunjung menemukannya. Sesaat kemudian ketika kami duduk didepan disampingmusholla stasiun, Nampak sesosok pemuda keluar dari dalam musholla, dan ternyata dialah ten yag kami cari. Kami berempatpun segera menghampirinya. Kami duduk di kursi-kursi panjang stasiun, aku bertanya kepadanya, “Hai bro! What happened? Tiba-tiba lo keluar dari kampus?”, kemudian dia bercerita, kalau orang tuanya sudah tidak bisa membiayai kuliah, adiknya yang paling kecil harus menjalani operasi lever karena mengalami kelainan pada levernya dan membutuhkan dana yang cukup besar. Kamipun berempat sepakat dan berjanji akan membantunya sekuat kami asalkan ia kembali ke kampus dan tetap belajar bersama kami. Kami membujuknya dengan sekuat tenaga, tapi ia tetap dengan pendiriannya, karena ia ingin membantu kedua orang tuanya dan tak mau menjadi beban bagi orang tuanya.

Akhirnya kamipun harus membiarkan teman kami pergi meninggalkan kami, stasiun ini menjadi saksi persahabatan kami, lokomotif menjadi saksi bisu, dan musholla ini menjadi saksi sejarah bahwa persahabatan ini akan abadi sampai kapanpun.

Ironis memang ketika seseorang harus berhenti mencari ilmu karena alasan ekonomi, padahal dia salah satu teman kami yang cerdas dan aktif dalam berorganisasi. Kami akan selalu menunggu kedatangannya kembali, do’a kami akan selalu menyertainya dan semoga kita kelak bertemu dalam keadaan berbeda, menjadi orang sukses dalam bidangnya masing-masing…

Selamat jalan sahabatku, semoga Tuhan selalu menyertaimu dan memberikan yang terbaik untukmu…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun