Mohon tunggu...
Muhammad Ariefuddin
Muhammad Ariefuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menjadi pembelajar yang Kematian kan membuatnya kelar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Calistung Bukan Sekedar Baca, Tulis dan Hitung

26 Juni 2016   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2016   15:19 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika kita menengok para ilmuwan mengkategorisasikan sebuah jaman, secara sederhana ada yang disebut jaman sejarah dan jaman pra sejarah. Dua kategorisasi tersebut yang membedakan terletak pada budaya baca-tulis yang dibuktikan melalui artefak berupa tulisan. Jika bukti yang diketemukan bukan merupakan tulisan maka belum masuk masa sejarah.

Aktivitas baca-tulis tentu menjadi sebuah revolusi dalam proses komunikasi. Yang sebelumnya komunikasi lisan atau isyarat lebih dominan digunakan antar manusia pada saat itu. Dengan baca-tulis komunikasi bisa dilakukan tidak harus ketemu, face-to-face. Sehingga berkembang aktivitas baca-tulis dari sekedar untuk komunikasi menjadi alat untuk dokumentasi. Memotret realita dan fakta yang terjadi di dalam tulisan-tulisan. Sehingga muncullah cerita, kisah dalam bentuk karya tulis. Tidak berhenti disitu, rupanya karya-karya tulisan tersebut mampu menggerakkan pikiran orang untuk melahirkan ide baru. Sehingga sebuah tulisan seperti sebuah bola salju, yang semakin lama berkaitan dengan tulisan lain menjadi ide baru yang lebih besar. Dan lebih dahsyat.

Tentu mengajarkan kemampuan baca-tulis harus dilandasi dengan kesadaran tersebut di atas. Sehingga mengajarkan baca-tulis kepada anak didik bukan sekedar sudah bisa membaca atau sudah bisa menulis, saja. Yang lebih penting lagi memunculkan minat dari dua aktivitas tersebut. Paling penting lagi adalah, menggunakan aktivitas membaca dan menulis itu untuk memahami ide lalu mengekspresikan ide itu menjadi ide baru yang lebih dahsyat.

Sudah pasti mengajarkan baca-tulis itu harus dipenuhi dengan suasana menyenangkan, memancing penasaran hingga membuat ketagihan. Bukan malah penuh paksaan, membuat beban dan akhirnya menjadi sesuatu yang dibenci.

Mengajarkan membaca pada siswa kelas kecil tentu harus menyesuaikan dunianya yang kongkrit dan dengan permainan. Bukan aktivitas monoton yang membosankan. Motivasi mengapa harus bisa membaca lebih dominan dikisahkan daripada paksaan untuk segera menghabiskan buku jilid baca. Permainan mencari jejak yang menggunakan tulisan akan semakin memancing keranjingan mereka untuk bisa segera membaca.

Anak bisa membaca memang membanggakan, namun itu bukan akhir dari segalanya. Langkah berikut adalah membangun minat bacanya seperti minat makannya. Artinya jika sebentar saja tak membaca si anak akan merasakan dahaga atau lapar sehingga mencari buku untuk dilahapnya. Untuk bisa seperti itu tentu buku harus menjadi sesuatu yang menggiurkan di mata anak. Membiasakan selalu di perpustakaan, di rumah selalu melihat orang membaca buku, rekreasi ke toko atau pameran buku, memberi hadiah spesial berupa buku, ngobrol selalu tentang buku menjadikan mileu anak dominan dengan buku. Target idealnya adalah aktivitas membaca menggantikan aktivitas mendengarkan.

Langkah berikut adalah memantau bacaannya dicerna, bereaksi menjadi ide baru. Dengan bertanya ringan, “Apa sih serunya buku yang kau baca itu nak?” menjadi pancingan seberapa besar reaksi yang terjadi di kepalanya tentang tulisan-tulisan yang baru saja dibaca. Saat anak sudah lebih suka ngobrolkan isi bacaan berarti reaksi sudah berlangsung sesuai yang diharapkan. Terus pancing dengan pertanyaan sehingga semakin sering untuk ngomong tentang apa yang dibacanya. Manakala sudah dirasa pada titik maksimal, ajaklah anak untuk menuangkan omongannya ke dalam tulisan-tulisan. Bebas, tidak usah dibatasi dulu dengan aturan tulisan. Biarkan mengalir. Dan orisinal. Di titik ini fase masuk ke aktivitas menulis . Tujuan idealnya, menulis menggantikan aktivitas berbicara.

Yang terpenting dalam mengajarkan kemampuan menulis untuk kelas bawah bisa dimulai dengan menyalin huruf, tulisan. Untuk melatih motorik halusnya dalam menggoreskan tulisan.

Tahap selanjutnya untuk mengajarkan menulis adalah memastikan anak memiliki apa yang ditulis. Apa yang ditulis itu yang paling sering berkeliaran di benaknya. Jika si anak melihat sesuatu yang menarik perhatiannya tentu di benaknya akan ada sesuatu yang dipikirkan. Dengan meminta mengamati sebuah benda kemudian menuliskan apa yang dipikirkan merupakan pancingan awal anak untuk menuliskan apa yang dipikirnya.

Langkah selanjutnya dengan menggunakan diary. Cocok dimulai dari kelas 3. Setiap hari yang mereka alami di sekolah merupakan bahan penting untuk dituangkan dalam tulisannya. Sehingga kewajiban menghadirkan pengalaman yang menarik di setiap aktvitasnya adalah merupakan hal yang sangat penting. Diary juga bisa digunakan sebagai alat untuk menumpahkan perasaan hatinya. Perkembangan anak yang semakin mendekati pubernya tentu butuh media yang paling dipercaya untuk menumpahkan curahan-curahan hatinya. Diary menjadi media tepat untuk menajamkan kemampuan tulisnya.

Kemampuan berhitung cenderung relatif lebih cepat dikuasai dibandingkan tulis-baca. Namun begitu mengajarkan tetap wajib dengan penuh keceriaan dan memancing penasaran. Berhitung kongkrit menjadi awalan yang harus mengharuskan menggunakan alat dan benda yang kongkrit. Kepahaman konsep menjadi proritas ketuntasan. Bukan semata habisnya materi. Berhitung merupakan kemampuan yang mempunyai ciri khas adanya penjenjangan syarat yang harus tuntas dikuasai. Sehingga tidak tuntasnya satu syarat menjadikannya beban untuk menempuh tahap berikutnya. Di titik ini yang menyebabkan anak membenci pelajaran matematika. Kata kuncinya adalah ketuntasan konsep matematika menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun