Mohon tunggu...
Arief Nur Rohman
Arief Nur Rohman Mohon Tunggu... Guru - Manusia

Pegiat Moderasi Beragama Provinsi Jawa Barat. Menaruh minat pada Pendidikan, Pengembangan Literasi, Sosial, Kebudayaan, dan Pemikiran KeIslaman.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa dan Pendidikan Keberagaman

5 April 2022   08:20 Diperbarui: 5 April 2022   08:59 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman muka desain by. Canva (Sumber: Dok. Pribadi)

Tradisi agama Budha mengenal tradisi yang hampir sama dengan itu, mereka menyebutnya dengan "Upasotha". "Upasotha" mengasumsikan bahwa seseorang meninggalkan makan dan minum, dan menjalankan perintah "sila". 

Oleh karenanya, jika melihat puasa dalam tradisi agama Budha, kita akan mengenal istilah puasa dengan lelaku "Upasotha Sila"  Yaitu melakukan puasa dan menghindari larangan yang tidak boleh dilakukan oleh agama Budha ketika menjalani puasa.

Sebuah kutipan (Sumber: Dok. Pribadi)
Sebuah kutipan (Sumber: Dok. Pribadi)

Pada dasarnya, hampir semua agama memiliki nomenklatur yang sama tentang puasa. Puasa sesungguhnya, bukan sesuatu yang ditemukan hanya dalam tradisi Islam, tapi juga bisa ditemukan dalam tradisi semua agama. 

Begitupun dengan arti secara etimologi hampir memiliki kesamaan, yaitu melakukan pembatasan terhadap aktivitas makan, minum, serta perilaku yang dilarang oleh ketentuan hukum agama.

Tradisi puasa/ shaum di satu sisi adalah sebuah ritual khusus yang bertujuan memberikan waktu bagi manusia untuk belajar membatasi dirinya. 

Dalam konteks ini biasanya dikaitkan dengan pembatasan terhadap makan, minum dan pembatasan terhadap perilaku yang sifatnya badaniyah. Namun di sisi yang lain, tradisi puasa mengajarkan kita tentang pendidikan keberagaman.

Sekurang-kurangnya ada dua hal yang bisa kita petik dari pendidikan keberagaman melalui puasa. Pertama, puasa mengajarkan kita untuk menghayati pesan inti agama terutama dalam pentingnya memiliki kesadaran pengendalian diri. 

Dalam hal ini, pengendalian diri untuk tidak menaruh curiga antar sesama manusia, menebar kebencian antar agama, menyulut dan mengoyak persatuan sesama suku bangsa. 

Kedua, puasa melatih untuk bersikap damai terhadap diri sendiri, mampu melihat kemerdekaan fitrah manusia yang berbeda, serta memiliki kesadaran sosial-psikologis untuk saling memahami, meyakini dan menghargai perbedaan. 

Mari menghadirkan pesan dan inti agama yang ramah, toleran, dan memberikan kesejukan yang mampu menyikapi dengan bijak kesamaan dalam perbedaan, serta mampu meneladani perbedaan dalam kesamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun