Mohon tunggu...
Arief Gununk Kidoel
Arief Gununk Kidoel Mohon Tunggu... lainnya -

"Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya" ~ penghobi tanaman hias dan koleksi ~ di desa di Gunung Kidul DIY Hadiningrat yang mencoba belajar menulis ~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebenarnya, Hewan ini Tidak Mau Harga Dirinya Direndahkan

30 September 2011   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:28 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa hewan yang suaranya seperti manusia bicara? Lebih banyak akan menjawab: burung beo. Hehe... Tapi beo kan 'meniru', karena itu sampai muncul istilah dalam kosa kata bahasa indonesia, yaitu: membeo. Satu pesan yang saya ingat dari seorang pandemen burung kicauan dari Solo: jangan taruh burung beo terlalu dekat dengan kamar mandi, karena nanti bisa meniru suara-suara khas dari dalam kamar mandi. Hehe, kok malah ngomongin burung ya... Biasanya tentang burung puyuh :D Bukan mau ngomongin burung, tapi ini soal hewan ternak yang suaranya mirip manusia bicara. Tanpa perlu dilatih. Sayangnya, hanya bisa satu kata saja... Emoh. Begitu suaranya. Kalau panjang, jadinya emoooh.... Hewan ternak ini adalah sapi atau lembu. Bahasa kunonya mahesa, maeso. Sampai sekarang harga dirinya masih direndahkan. Alias harga jualnya terhitung murah. Dibanding dulu. Sekitar setahun yang lalu. Kurang jelas, kapan mulai harganya turun. Mungkin setelah ada impor daging sapi apa ya..? Entahlah. Hanya mau cerita tentang yang di desa saya saja. Blantik sapi alias pedagang yang tetangga saya, belum lama kemarin beli pedhet (anakan sapi) jawa, tapi masih nyusu, cukup dengan Rp 750 ribu. Ada lagi tetangga yang dulu beli babon sapi metal seharga Rp 12 juta, sekarang dijual Rp 7 juta saja belum laku. Bahkan pada awal penurunan harga diri hewan ternak sapi ini, sempat membaca di media lokal cetak, ada blantik sapi yang bunuh diri karena dikejar hutang. Saya bisa membayangkan, karena blantik sapi sering juga membawa dulu barangnya, bayarnya belakangan. Nah, jika waktu membawanya saat harga masih tinggi, dan kewajiban membayar hutangnya ketika pas harga jual sudah murah. Berapa saja beratnya beban hutang yang harus ditanggung, apalagi dengan perhitungan perputaran uang yang jauh menurun. Miris. Kasihan. Pihak petani yang punya barang juga tidak mau berubah hitungan harga, karena memang sudah kesepakatan. Biasanya lagi, kalau barang dibawa dulu, lantas bayarnya belakangan, harganya lebih tinggi dari yang bayar kontan. Harga sapi yang masih murah, apalagi pada musim kemarau sekarang ini, sangat terasa sekali masalahnya bagi petani. Masalahnya ada pada pakan. Harga pakan tidak mengenal turun. Sehingga yang terjadi bisa-bisa sapi makan kambing, alias kambing dijual untuk beli pakan sapi, sudah biasa. Memang, sangat terasa sekali, seukur dengan rendahnya harga sapi. Padahal sapi-sapi itu sudah bilang emoh, artinya tidak mau, harga dirinya direndahkan. Sayangnya tidak bisa menolak. Harga dirinya yang tetap murah, sampai sekarang masih bertahan. Entah sampai kapan. Walaupun ada hikmahnya juga. Musim pesta pengantin yang sekarang, lebih pada memilih mending menyembelih sapi, daripada beli daging sapi yang mahal. Biaya untuk beli daging sapi, lebih baik untuk beli sapinya sekalian. Jatuhnya lebih murah. Bisa dapat kepalanya, dapat buntutnya, kulitnya, juga tulangnya. Emoooh...... Dikasih makan pun bilang emoh, tapi tetep juga makan dengan lahap, namanya juga lagi lapar :) Semoga sebentar lagi, harga dirinya mulai di-tinggi-kan. (tapi apa masih akan bilang "emoh" ya?) Selamat menikmati daging sapi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun