Awalnya ada seorang pemudayang bernama Alif. Dia berada disebuah desa yang berada di Padang. Dia baru lulus dari SMP, ingin melanjutkan sekolahnya di kota Bandung.Tetapi keinginan itu berbeda dengan keinginan orang tuanya. Orang tuanya menginginkan dia masuk ke sekolah yang bernuansa islami. Dengan berat hati anak itu menerima keinginan kedua orang tuanya. Akhirnya dia pergi kepondok itu yang bernama pondok “Pondok Madani”
Di pondok tersebut para santri diajarkan untuk selalu disiplin. Pengajaran pertama yang diberikan, ustad masuk membawa kayu dan pedang dan memberikan sebuah kalimat “Man Jadda Wa Jada”. Kata itu memberikan semangat kepada para santri baru, untuk selalu bersungguh–sungguh dalam meraih cita-cita. Para santri baru pun mengikuti kata-kata yang diucapkan oleh ustad tersebut.
Belum menjalani waktu yang lama dipesantren, Alif sudah merasakan hal yang tidak enak seperti putus asa, bosan, dan teringat keinginannya dulu sebelum masuk pondok. Ada surat untuk Alif dari teman dirumah yang sekarang di Bandung, Alif mengambil dan melihat surat itu, yang intinya berisi ”cobalah dulu kalau sudah tidak betah kamu ngomong kepada ibumu minta pulang”. Kata-kata tersebut, membuat Alif kembali bimbang dan putus asa.
Alif mempunyai teman yang bernama Baso. Dia selalu semangat untuk menghafalkan Al-qur’an. Dia juga selalu memberikan motivasi kepada teman-teman. Karena motivasi yang diberikan Baso kepada teman-teman, teman-teman menjadi lebih terpacu untuk mengejar cita-cita. Sosok yang perlu kita teladani sebagai santri di BQBS ini.
Film ini luar biasa, semoga kita semua para santri di pesantren Baitul Qur’an dapat mengambil hikmah positifnya. Mudah-mudahan kita santri Baitul Qur’an terpicu untuk mengafal Al-Qur’an dan kerasan hidup di pondok untuk mencari ilmu dan tetap semangat. Dengan “ Man Jadda Wa Jada” kita bisa. Allahu Akbar!!!