[caption id="attachment_187943" align="alignnone" width="500" caption="sumber: wildchildbootleggers.blogspot.com"][/caption] sebelum baca curhatanku di bawah ini, aku pengen cerita sebentar....gini nih, kaya yang aku bilang di depan tadi,tulisan ini ga aku sebut puisi..kenapa?karena aku ga bisa bikin puisi...aku orangnya susah cerita,bukannya ga mau, tapi lebih karena susah mengungkapkan perasaan lewat kalimat-kalimat yang diatur secara terstruktur...kadang2 juga ngerasa kalo ceritaku suka ga ngewakilin isi hati seutuhnya...ya,sekali lagi ini bukan puisi,yang disetting dengan kata-kata indah...ini hanya kata2 ungkapan perasaan, sekedar cerita biasa aja soalnya menurutku "tidak ada kata lain yang bisa menggantikan kata ini" untuk mewakili isi hati seutuhnya,gituu....hehe cekidot ************** ... pernah kita berangan,merajut kasih dalam malam keabadian satu hati, satu rasa kita lukiskan lewat padang rumput yang terbentang luas dan langit malam, dan seribu bintang yang berpendar kau dan aku duduk bersama dalam canda dan tawa dengan lembut kata dalam rona muka memerah, tersipu, dan dada yang menghangat ...kutatap wajahmu dg penuh harap rasa yang sama kau rasakan pula dan berdetaklah dada kita seirama tempo,dan harmoni mengalun membahana dan kau nyatakan rasamu dalam satu teriakan dan lompatan sama waktu, pula kunyatakan rasaku dan bulan pun luluh,langit pun runtuh sorak sorai  bintang seluruh semesta.... **** mimpi menelanku dalam lelap batara kala berlari sejenak ku hanyut dalam atmosphere terhenti sesekali ku memaki bukan,berkali-kali kumemaki mentari yang tengah merambat jejak-jejak tarian rembulan dan pesta bintang semesta malam bodohq mengusir pendar-pendar dalam gemerlap menanggapi pagi tak mengerti ku abaikan satu arti, bahwa disini kita berdualah tuan rumahnya pelukis setiap sudutnya, peletak kerangka mimpi dalam setiap harmoni berdua kita mencipta, merangkai fondasi pelangi tapi aaah,lagi2 kumemaki, pada bodoh otak mengabaikan hati tak kuasaq pada batas kekakuan, pada kacamata aturan dan kau terdiam menatapku dalam cahaya matamu mengisyaratkan bahwa kau menanti, kau menanti dan bodohnya kuakhiri dan malam pun mati -arief-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI