Mohon tunggu...
Ariefdhianty Vibie
Ariefdhianty Vibie Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga, Penulis, Aktivis Dakwah

Seorang ibu dan muslimah pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Mengapa Para Remaja Tak Belajar pada Anak-Anak Palestina?

31 Mei 2025   15:22 Diperbarui: 31 Mei 2025   15:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teenstime edisi 10 (sumber: Dokumentasi RAGB)

Reportase Kajian Islam Remaja Teenstime #10 oleh RAGB Kota Bandung

Ada perbedaan yang begitu mencolok ketika kita memperhatikan bagaimana kehidupan anak Muslim Palestina dengan anak Muslim di belahan dunia lainnya, khususnya Indonesia. Ini bukan berkaitan dengan budaya atau cara hidup, melainkan sesuatu yang lebih dari itu. Dalam keadaan yang tidak kondusif, anak Muslim Palestina terlihat tangguh, berani, bahkan tidak gentar menghadapi serangan penjajah. Berbeda sekali dengan kondisi remaja di Indonesia yang tampak terlena dengan rutinitas harian, eksistensi dan validasi di media sosial, atau bahkan terjebak pada hedonisme dan pergaulan bebas. Tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan, apa sebenarnya yang dimiliki oleh anak-anak Palestina sehingga begitu tangguh dalam menghadapi kehidupan-- yang belum tentu bisa dipikul oleh Muslim lainnya, dewasa sekalipun?

Atas dasar itu, komunitas Remaja Anti Gaul Bebas Kota Bandung mengajak remaja Muslim untuk menguak rahasia kekuatan tangguh anak-anak Muslim Palestina. Agenda rutin ini dihadiri oleh puluhan remaja dari berbagai kalangan, yaitu SD, SMP, SMA, dan universitas, dengan tema "Superhero Muslim: Rahasia Kekuatan Tangguh Anak-anak Palestina", yang diselenggarakan di Aula Al-Manshur, Pesantren EKIS, Pasir Kunci, Kota Bandung, pada Ahad 11 Mei 2025.

Pemateri sekaligus konselor RAGB, mengawali kajian dengan menjelaskan peristiwa yang terjadi di Palestina sebenarnya tidak dimulai pada 7 Oktober 2023 silam, melainkan sudah puluhan tahun yang lalu, tepatnya di awal tahun 1900-an. Kemudian pada tahun 1948, Israel secara sepihak mendeklarasikan negaranya di Palestina. Lalu pada tahun 1967, tentara Zionis kembali menyerang dan merebut wilayah-wilayah lain seperti Tepi Barat, G4za, dan Yerusalem Timur. Sejak saat itu, penjajahan terus berlanjut. Rakyat Palestina hidup dalam penindasan bertahun-tahun.

Dalam tahun-tahun penjajahan itulah anak-anak Muslim Palestina harus menjalani hidup yang jauh dari kata normal dan layak, tidak seperti anak Muslim lainnya. Mereka kehilangan keluarga dan orang tuanya, juga sekolah dan kehidupannya. Namun tanpa gentar dan rasa takut, sebisa mungkin mereka lawan dengan tangan kecilnya dan doanya.

Sesungguhnya jika kita ulik lebih dalam, rahasia kekuatan dan ketangguhan anak Muslim Palestina berasal dari akidah Islam yang tertanam kuat dalam jiwa.

Keyakinan mereka terhadap Allah Sang Pencipta sungguh sudah terhujam kuat dalam jiwa. Mereka tahu bahwa apa yang datang adalah ujian dari Allah. Mereka juga meyakini bahwa ada surga menanti jika melewati ini semua dengan sabar, ikhlas, dan tetap berjuang untuk Allah.

Ya, itulah akidah Islam. Akidah sendiri adalah keyakinan kuat dalam hati tentang siapa pencipta kita, untuk apa kita hidup, dan ke mana kita akan kembali. Orang yang memiliki akidah Islam paham bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan dan mengatur hidup ini. Hidup ini bukan untuk senang-senang, tapi ada misi dari Allah. Lalu setelah mati, ada hisab dimana segala perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya, juga ada surga dan neraka, dan hidup abadi di akhirat. Itulah kehidupan yang sesungguhnya.

Akidah Islam itulah yang tidak dimiliki oleh anak Muslim lainnya, yang cenderung lebih mementingkan kesenangan dan eksistensi hidup. Terdapat kesenjangan akidah yang begitu jauh. Inilah yang harus dipahami juga oleh seluruh anak Muslim di dunia, bahwa kita hidup di dunia itu adalah untuk ibadah kepada Allah.

Jadi, apa yang mempengaruhi anak Muslim lainnya sehingga tidak memahami akidah walaupun beragama Islam? Ternyata jawabannya adalah sistem kehidupan yang sedang dipakai saat ini. Kita hidup di sistem sekulerisme, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, agama hanya digunakan saat akan ibadah saja, tidak dengan aktivitas lainnya. Padahal seorang Muslim tidak boleh menjauhkan aturan agama dari kehidupannya karena semua standar perbuatan sudah diatur dalam Islam. Pemahaman dan gaya hidup liberal juga begitu mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak-anak sekarang. Walhasil, mereka justru lebih bangga berpakaian dengan membuka aurat, pacaran, datang ke konser dengan teman, atau sejenisnya, daripada menutup aurat sempurna, atau datang ke majelis ilmu. Inilah yang sedang dipegang oleh anak-anak Muslim lainnya.

Anak-anak sekarang juga lebih sering merasa galau, dilema, stres, gampang terpengaruh. Tidak jarang juga terkena gangguan kepribadian dan kecemasan, juga cenderung mudah menyerah dan sulit mencari jalan keluar. Generasi rapuh dan rusak inilah yang diharapkan oleh Barat, karena dengan sekulerisme mereka berhasil menjauhkan generasi Muslim dari akidahnya sendiri. Miris sekali!

Oleh karena itu, untuk mengeluarkan anak-anak Muslim dari jerat pemahaman Barat yang berbahaya, sudah seharusnya kita mengadopsi sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Dimulai dari orang tua, sekolah, masyarakat, dan juga negara. Untuk membentuk kepribadian Islam, tentu perlu dukungan dari semua pihak dan level. Tidak bisa hanya mengandalkan pendidikan dari orang tua saja, sementara pergaulan di sekolah dan masyarakat begitu bebas. Atau misalnya konten-konten di media masih tetap merusak pemikiran, tentunya butuh negara yang bisa menyaring konten untuk bisa dikonsumsi oleh anak-anak. Hal itu supaya pemikiran dan pemahaman anak tetap terjaga. Anak-anak akan lahir menjadi generasi yang kuat, cerdas, beriman juga bertakwa, seperti generasi Muslim yang pernah lahir di bawah bimbingan Rasulullah, para sahabat, dan kepemimpinan Islam.

Dari sistem pendidikan berbasis akidah Islam inilah yang akan melahirkan generasi pembebas yang gemar menyebar kebaikan dan amar ma'ruf nahi munkar, seperti firman Allah Swt. "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran: 104).

Hari ini, kitalah yang berjuang untuk membebaskan Muslim Palestina dari penjajahan Zionis. Bagaimana caranya? Teruslah belajar Islam secara mendalam dan kaffah. Jadikan Rasulullah saw dan para sahabatnya sebagai role model hidup. Lalu, ajak juga teman-teman kita untuk belajar dan peduli kepada semua Muslim di dunia karena saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Dengan berada di dalam lingkungan dan teman-teman yang positif, tentunya itu akan memudahkan kita terus berbuat baik dan menebar semangat keislaman.

Yuk, belajar dari anak-anak Palestina! Semoga suatu saat generasi kita menjadi generasi pembebas Masjid Al-Aqsha. Aamiin.

Galeri Foto Teenstime #10 (sumber: Dokumentasi RAGB)
Galeri Foto Teenstime #10 (sumber: Dokumentasi RAGB)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun