Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menteri KKP dan Harapan Nelayan yang Hilang

24 Juli 2020   23:27 Diperbarui: 24 Juli 2020   23:17 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara menangkap benih lobster, foto milik KKP RI

Bangsa kita adalah pelaut, namun itu dulu. Bangsa kita berisi orang-orang bijaksana, namun sudah lalu. Orang-orang tua dulu selalu mengajarkan untuk ambil seperlunya, sisakan untuk yang masih kecil agar mereka hidup dan berkembang. Ambil yang sudah besar lepaskan yangkecil-kecil.

Namun ketika orang-orang bijaksana itu pergi yang tersisa adalah mereka yang serakah. Mereka yang merasa ini adalah kesempatan langka. Kesempatan yang tidak boleh dibuang percuma. Mungkin Cuma du atau tiga tahun menjabat namun akibatnya akan dirasakan sepanjang Indonesia berdiri. Dan itulah yang dilakukan oleh sang menteri kelautan dan perikanan saat ini.

Beliau adalah mantan prajurit. Dan setiap prajurit akan selalu ingat dan patuh kepada komandannya. Disuruh masuk ke dalam sumur seratus meter akan mereka lakukan. Karena mereka percaya dengan komandannya. Disuruh mati pun mereka akan menerima tugas itu. Jadi mubazir untuk berharap ada perubahan dari yang mereka lakukan.

Tidak ada demokrasi dalam pikiran mereka, tidak ada hati nurani dalam hati mereka. Tidak ada masa depan dalam pandangan mereka. Mereka hanya prajurit yang siap selalu menjalankan tugasnya. Mereka akan menerima semua caci maki dengan sepenuh hati. Yang penting tuannya selamat, yang penting komandannya senang.

Kementrian kelautan sekarang  mewacanakan bisnis bayi lobster,  bukan pengambilan lobster dewasa yang sudah besar dan lebih menguntungkan. Mereka lebih mementingkan kebutuhan Vietnam yang mempunyai industry lobster terbaik dunia. Walaupun mereka tidak punya bayi lobster, namun mereka punya uang dan orang untuk negosiasi.

Cara menangkap benih lobster,foto milik KKP RI
Cara menangkap benih lobster,foto milik KKP RI

Di masa krisis seperti ini uang sangat menggiurkan, berapapun rupiahnya akan di kejar. Bisnis kalangan atas yang dicoba oleh Susi Pujianti agar dikelola oleh rakyat kecil sekarang dicoba diambil lagi oleh para bos besar. Rakyat kecil dipersilakan untuk memungut recehan. Urusan yang besar biar bos yang urus.

 Akhirnya kementrian kelautan dan perikanan mempersilakan pengambilan benih lobster yang dengan propaganda dan kampanye cara pengambilan yang baik dan benar. Rakyat kecil benar-benar di kerjain.Mereka sudah tidak peduli soal masa depan industry kelautan Indonesia.

Logikanya nelayan  itu menangkap yang besar, yang sudah dewasa . ini mah menangkap bayinya, benihnya.

Apalagi Vietnam itu saingan dagang dalam bisnis lobster. Vietnam tidak punya benih. Kita punya. Harusnya kita yang kaya. Kita yang menentukan harga. Kita rajanya lobster. Namun sekarang malah menjadi tukang kumpulin benih. Datang ke laut pakai serokan terus ambil bayi-bayi mungil lobster dan dijual. Memang mungkin bayinya jutaan jumlahnya di lautan, namun jika semua diambil maka lobster dewasa akan hilang dan menjadi langka. Dan akhirnya sudah pasti mahal harganya, yang untung  sudah pasti Vietnam.

Jika dalam evolusi industri itu dimulai dari berburu, kemudian bertani dan berternak dan diakhiri dengan pabrik-pabrik besar.  Maka saat ini kita kembali ke nol. Kembali menjadi pemburu, pemungut.

Tidak ada itu industri di dalam kelautan kita. Kita kembali ke nol.

Sekarang ada kebijakan yang baru lagi, semua ASN pengawas  kelautan akan diberi senapan serbu. Apalah gunanya? Mau nembaikin ikan? Mau nembakin nelayan?  Bajak laut itu urusan menteri pertahanan dan angkatan laut, bukan menteri kelautan dan perikanan. Menyedihkan sekali menteri kita ini. Menyedihkan sekali nasib nelayan kita ini.

Negara pasti kacau jika  sipil pegang senjata. Gagah namun berbahaya. Apalagi sekarang jelas kemana Negara akan berpihak. KKP lebih mengedepankan kepentingan pengusaha dibanding aspek lingkungan. Jadi siap-siap saja jika nelayan demo atau protes.

KKP seharusnya membangun budidaya lobster atau penangkapan lobster yang berbasis masyarakat dan

Keberlanjutan lingkungan. Namun ini malah menyuruh menangkap bayi-bayi  lobster dan dijual ke tengkulak lalu dijual ke Vietnam yang sama sekali tidak punya benih.

Tapi sudahlah, prajurit hanya turut perintah komandan. Alasan mah bisa dibuat sesuai pesanan. Senjata sudah siap.

 

SUMBER:

KOMPAS.COM

KKP RI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun