Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mencari Kunci Keluar dari Jebakan Produktivitas

8 April 2020   08:31 Diperbarui: 9 April 2020   10:53 2184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eksplorasilah Ide-ide Cemerlang Anda (Pexels/Andrea Piacquadio).

Kasus lainnya, misal perusahaan A mampu memproduksi 1.000 barang perhari dan perusahaan B hanya memproduksi 750 barang perhari. Akan tetapi perusahaan B dapat mencatatkan untung 2x lebih besar daripada perusahaan A, padahal barang yang dijual benar-benar sama persis. Kondisi ini disebut High-Producitivity Trap.

Baik low-productivity trap maupun high-productivity trap, sama-sama dapat menghinggapi para pekerja atau pebisnis seperti Fitri. Keduanya tentu sama-sama tidak baik dan hanya memboroskan sumber daya waktu, biaya, dan tenaga.

Penyebab Productivity Trap

Menurut Dany Bahar dari The Brookings Institution, riset-riset ilmiah telah dilakukan untuk mencari tahu penyebab dari timbulnya productivity trap. Diantaranya adalah kesalahan dalam manajemen stok, adanya friksi di dalam pasar, dan faktor inovasi.

Kesalahan dalam manajemen stok berarti kesalahan dalam memonitor jumlah barang yang masuk, keluar, dan tertahan. Kesalahan perhitungan dalam aspek ini dapat berujung pada kesalahan menghitung pendapatan. Baik itu kekurangan pendapatan atau pun kelebihan pendapatan.

Friksi di dalam pasar dapat terjadi akibat kejadian tertentu yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Contohnya dalam kasus Fitri, orang beramai-ramai membeli masker kain dikarenakan lebih awet dan harganya jauh lebih murah ketimbang masker medis yang banyak ditimbun.

Adapun faktor inovasi dapat berarti keterlibatan suatu inovasi dalam proses bisnis itu sendiri. Kehadiran inovasi sendiri dapat mempercepat atau menghambat produktivitas suatu bisnis. Sayangnya, dalam kasus Fitri memang belum digunakan inovasi apa pun selain berjualan lewat toko online biasa di Facebook.

Gejala Productivity Trap

Berikut adalah beberapa gejala dari productivity trap. Jika Anda juga mengalami hal ini, berarti Anda juga sedang mengalami jebakan yang sama seperti Fitri.

  • Merasa sudah melakukan pekerjaan terlalu banyak, namun tak setimpal dengan pendapatan yang dihasilkan.
  • Menghabiskan terlalu banyak waktu, biaya, atau tenaga untuk pekerjaan yang tidak terlalu menghasilkan.
  • Tidak mampu memproses pesanan lebih, meskipun stok barang tercukupi.
  • Sering kehabisan waktu dan tenaga, sehingga sulit memikirkan cara-cara mengembangkan bisnis.
  • Terlalu banyak menghabiskan waktu, pikiran, dan tenaga untuk mengurus bisnis hingga abai membina hubungan baik dengan keluarga dan orang terdekat.
  • Muncul rasa gelisah akibat merasa kurang produktif, hingga dapat berujung pada sikap menunda-nunda yang tak berkesudahan.

Cara Keluar dari Productivity Trap

Gejala Productivity Trap tentu saja bukan gejala yang tidak dapat disembuhkan. Kenyataannya, resep untuk keluar dari jebakan yang satu ini sudah banyak dibicarakan oleh para konsultan karir dan bisnis. Berikut adalah diantaranya.

Pertama, membuat rencana kegiatan dalam sepekan. Kegiatan yang dimaksud tentu saja mencakup seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dan tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Rencanakanlah kegiatan Anda untuk sekedar menjalankan hobi dan melepas penat. Bermacam kegiatan menyenangkan masih dapat Anda lakukan lho walau harus #dirumahaja. Semisal memelihara tanaman, menonton film, merawat binatang peliharaan, dan lain-lain.

Dengan adanya rencana ini, mau tidak mau Anda harus mengalokasikan waktu juga untuk merealisasikan rencana tersebut. Maka dengan sendirinya, Anda akan lebih tertantang untuk bekerja lebih efisien dalam waktu yang lebih singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun