Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hening Cipta untuk Li Wenliang, Si Peniup Peluit Virus Corona

7 Februari 2020   17:08 Diperbarui: 8 Februari 2020   08:33 55386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Li Wenliang, whistleblower virus n-CoV2019 meninggal dunia. Sumber foto: todaynewsafrica.

Pagi itu Li Wenliang tengah terduduk di kursi kerjanya. Dalam sepekan, ia memang bisa menangani hingga puluhan pasien. Tapi belakangan ini, 7 orang pasien di rumah sakitnya menunjukkan gejala kemiripan yang tidak pernah ia temui sebelumnya.

Ketujuh pasien tersebut memperlihatkan gejala demam disertai batuk berdahak dan sesak napas. Beberapa dari mereka memang memiliki riwayat pneumonia, namun selebihnya bahkan baru kali ini berkenalan dengan pneumonia. 

Hanya satu yang sama: bahwa mereka semua belum lama ini sama-sama berkunjung ke Huanan Seafood Wholesale Market, pasar seafood paling populer di Wuhan.

Li Wenliang pun mengamati hasil pengamatan mikroskopik terhadap jenis virus baru tersebut. Bentuknya amat mirip dengan SARS: menyerupai bola dengan RNA didalamnya dan struktur membran menyerupai paku yang tersusun atas glikoprotein.

Laporan terhadap virus baru tersebut ternyata juga dilengkapi dengan uji statistik yang membandingkannya dengan virus SARS. Hasilnya, kedua virus tersebut dinyatakan sama dengan nilai koefisien kepercayaan diatas 95%.

Laporan inilah yang membuat Li Wenliang dilema. Satu sisi, ia tahu bahwa virus yang tidak diketahui ini bisa sangat fatal jika terlanjur merebak. 

Namun di sisi lain, ia juga paham betul bahwa kode etik melarangnya untuk mengeluarkan pernyataan yang berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat tanpa argumen yang dapat dipertanggung jawabkan.

Li Wenliang pun memutuskan untuk pulang dan mengistirahatkan pikirannya agar ia dapat mengambil keputusan secara lebih jernih.

Senin, 30 Desember 2019. Li mendapatkan kemantapan hati untuk menyebarkan berita terkait virus baru tersebut ke grup alumni sekolah kedokterannya. Pikir ia, teman-temannya yang sesama dokter harus lebih waspada akan kesehatannya di musim salju yang rentan penyakit ini. 

Li juga hendak membuka peluang diskusi kalau-kalau ada temannya di tempat lain yang menjumpai kasus serupa dan telah mengetahui cara penanganannya.

Namun tanpa disangka, pesan yang Li sebar via aplikasi WeChat itu justru menjadi viral hanya dalam beberapa jam saja. Beberapa saudara bahkan sampai mengontaknya untuk mengonfirmasi kalau pesan itu berasal dari dirinya.

Esok harinya, Li Wenliang mendapat panggilan dari otoritas rumah sakit tempatnya bekerja. Otoritas yang tergabung dalam Wuhan Municipal Health Commission itu menilai Li telah gegabah dalam menyebarkan pesan terkait virus yang diidap pasien-pasiennya.

Komisi ini lantas merilis pernyataan secara publik untuk merespon keributan yang terjadi. Pernyataan itu bernada tegas dan jelas: "Any organization or individuals are not allowed to release treatment information to the public without authorization".

Li pun pulang ke rumahnya dan menikmati malam tahun baru bersama keluarga. Ia paham posisinya sedang tidak menguntungkan, tetapi ia berharap kemeriahan malam tahun baru bisa menutupi keviralan tentang dirinya.

Sayangnya chat yang ia sebar kembali ramai diperbincangkan pada hari ke-2 di tahun yang baru. Beberapa media bahkan sudah mulai mengontak dirinya secara pribadi untuk menanyakan informasi lebih dalam terkait virus yang dimaksud.

Alhasil, Departemen Kepolisian Wuhan pun memanggil Li Wenliang pada hari Jumat, 3 Januari 2020. Li dianggap telah menyebarkan rumor secara online hingga mengganggu ketertiban dan kenyamanan sosial. Beruntung Li tidak sampai harus ditahan dan diperbolehkan pulang.

Surat dari Dept. Kepolisian Wuhan kepada Li Wenliang terkait pemberitaan virus mirip SARS. 
Surat dari Dept. Kepolisian Wuhan kepada Li Wenliang terkait pemberitaan virus mirip SARS. 
Satu pekan setelah pemanggilan itu, Li mulai mengalami batuk. Membludaknya jumlah pasien yang masuk belakangan membuat daya tahan tubuhnya semakin rentan akibat paparan yang semakin intens.

Dua hari setelahnya, yakni 12 Januari 2020, batuk Li tak kunjung sembuh. Ia bahkan mulai merasa sesak napas dan suhu badannya meningkat. Sakit. Itulah kesimpulan yang ia ambil sehingga ia memutuskan untuk beristirahat sejenak dari tugasnya sebagai dokter.

Senin, 20 Januari 2020, Presiden Xi Jinping akhirnya mengumumkan adanya wabah yang menyerupai SARS dan berpusat di kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina. 

Kabar ini sontak mengagetkan dunia yang baru saja dibuat tegang akibat saling serang Iran dan Amerika di awal tahun. Jumlah pasien di rumah sakit di Wuhan sudah melonjak dengan laju eksponensial.

Akibatnya dalam hitungan hari langkah taktis pun diambil pemerintah Cina. Mulai dari membagikan masker secara masif, hingga menutup akses keluar masuk kota Wuhan. 

Puncaknya, WHO mendeklarasikan kondisi waspada internasional alias Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atas kasus ini pada 30 Januari 2020.

Ketika WHO mengumumkan status PHEIC, Li Wenliang sedang terbaring sebagai pasien di rumah sakit tempat ia bekerja. Kondisinya tak kunjung membaik walau sudah 14 hari lebih ia mengidap sakit.

Dua hari kemudian, tepat tanggal 1 Februari 2020, Li Wenliang divonis positif memiliki n-CoV di dalam tubuhnya. Ia pun terpaksa ikut dikarantina bersama pasien-pasien lainnya di ruang-ruang khusus di Wuhan Central Hospital.

Jumat (7/2/2020), tak sampai seminggu semenjak pertama dikarantina, Li Wenliang pun menghembuskan napas terakhirnya. Li menjadi satu diantara 638 orang yang sudah berpulang semenjak merebaknya wabah virus Corona. Mereka adalah 2% kelompok dari 31.320 orang yang sudah dinyatakan positif mengidap n-CoV di seluruh dunia.

Mourners at a vigil for Dr. Li Wenliang on Friday.Credit...Lam Yik Fei for The New York Times
Mourners at a vigil for Dr. Li Wenliang on Friday.Credit...Lam Yik Fei for The New York Times
Kini, Li Wenliang sudah tiada. Namun kontribusi dan keberaniannya sebagai peniup peluit (whistleblower) kasus n-CoV akan dikenang sepanjang masa. Cerita kepahlawanannya sama persis dengan Carlo Urbani, yang pertama kali mendorong WHO meningkatkan kewaspadaan terhadap SARS.

Tak perlulah kita merundung pemerintah Cina atas kematian Li Wenliang. Penulis pun yakin, kalau Li, akan lebih bahagia jika kita menjadikan kasus kematiannya sebagai pendorong untuk bekerja lebih baik lagi.

Li Wenliang akan lebih bahagia jika kita segera bangkit dan mengerahkan kekuatan bersama untuk menyelamatkan sebanyak-banyaknya nyawa selagi bisa.

Mari mengheningkan cipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun