Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Desain Nilai Tambah untuk Lobster yang Tak Berdosa

25 Desember 2019   15:22 Diperbarui: 25 Desember 2019   15:25 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis oleh @ariefardia

Deretan nama senyawa di atas sungguh masih tergolong komoditi yang prospektif karena memiliki nilai pasar yang besar di pasaran global. Jauh lebih besar daripada pasaran baby lobster yang sibuk dibicarakan oleh kebanyakan orang di negara +62.

Kitosan misalnya, memiliki nilai pasar sebesar USD 5,71 milyar pada tahun 2015 dan diperkirakan akan meningkat hingga USD 21,41 milyar pada tahun 2025. Contoh lainnya, astaxanthin, yang memiliki nilai pasar sebesar USD 600 juta pada tahun 2018 dan diperkirakan akan meningkat hingga USD 880 juta pada tahun 2026.

Karenanya, daripada sibuk menghabiskan pikiran untuk berdebat soal ekspor baby lobster, marilah kita mempertanyakan hal-hal yang lebih penting bagi masa depan lobster di negeri ini. Bagaimana dengan kesiapan industri kitosan? Bagaimana dengan industri astaxanthin? Apakah mungkin kita memiliki jalur industri lobster dari hulu ke hilir yang lengkap suatu saat nanti?

Dalam kasus kitosan, sesungguhnya bukan hal yang terlalu sulit mengekstrak senyawa tersebut dari cangkang lobster. Tahapannya secara umum hanya 3, yakni deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi.

Infografis oleh @ariefardia
Infografis oleh @ariefardia

Industri kitosan dunia hari ini umumnya masih menggunakan bantuan bahan kimia untuk melakukan proses konversi tersebut. Namun penelitian terkini menunjukkan bahwa mikroba sudah dapat dimanfaatkan untuk melakukan konversi tersebut secara biologis.

Keuntungan menggunakan mikroba sebagai agen konversi cangkang lobster untuk menjadi kitosan adalah prosesnya yang jauh lebih bersih dan sustainable. Agen hayati tersebut juga bisa digunakan dan dilatih beberapa kali sehingga pada akhirnya mampu menghasilkan proses produksi yang lebih murah dan ramah lingkungan.

Di Indonesia sendiri, jumlah industri kitosan masih dapat dihitung jari. Prosesnya pun sebagian besar secara kimiawi, mengikuti pola industri kitosan yang umum di luar.

Nah, jika Anda tertarik untuk membangun industri kitosan dengan proses yang memanfaatkan agen hayati (biokonversi), mari berdiskusi. Siapa tahu, kita bisa menjadi pionir yang mengangkat nama industri kitosan Indonesia ke kancah dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun