Mohon tunggu...
Ariecandra Mahesa
Ariecandra Mahesa Mohon Tunggu... Lainnya - MHS DTK ITS

Mahasiswa DTK ITS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah Air Laut Jawaban Krisis Air Bersih?

26 Januari 2021   12:23 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

I Putu Gde Ariecandra M, 04311940000041, MHS DTK ITS. Tugas menulis artikel kelas B Oceanografi.

Saat saya melihat atau mendengar kalau di beberapa bagian di dunia ini masih ada krisis air bersih, saya berpikir kok bisa ?, mengapa bisa seperti ini ?,70% dari permukaan bumi ini adalah perairan, itu sebanyak 1344238638,7 atau 1.3 miliar kubik kilometer permukaan bumi itu adalah air, dan saat ini satu dari tiga orang di permukaan bumi ini tidak mempunyai akses ke air bersih. "di tahun 2050, lebih dari setangah populasi di dunia akan hidup di daerah kurang air bersih, itu lebih dari 4 miliar orang" Prakash Rao,Energy Technologies Researh Scientist Lawrence Berkeley National Laboratory. Dari sini mengapa kita masih kekurangan Air bersih sedangkan 70% permukaan bumi ini adalah Air.

Jawabannya ada di 96.5% dari air tersebut berada di Laut kita, yang sudah tercampur dengan garam dan tidak bisa diminum secara langsung. Sedangkan sisanya berada di glasier di daerah kutub atau berada dalam di bawah tanah. Hanya kurang dari 1% saja yang bisa kita manfaatkan sebagai air minum. Dan untuk negara kita Indonesia, terutama yang berada di pulau pulau kecil yang sama sekali tidak ada sumber air bersih, ini adalah masalah. Lalu kenapa kita tidak bisa mengambil Air Laut tersebut, saring atau pisahkan garam yang ada didalamannya ? . Kita bisa mempunyai sumber air bersih yang hampir tidak bisa habis.

Dari Paragraf sebelumnya membawa kita ke proses desalinasi air laut, yaitu proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam air ungtuk mendapatytkan air yang dapat dikonsumsi dengan aman oleh binatang, tanaman dan manusia. Proses ini telah dipraktekkan selama berabad abad, bahkan ini adalah proses yang natural yang terjadi Ketika matahari memanaskan lautan dan air tawar menguap meninggalkan garamnya dan air tawar tersebut lalu turun Kembali sebagai air hujan yang "murni". Murni ini jika tidak ada polusi udara tapi saya tidak akan membahasnya sekarang. Balik ke topik ini, saat air dicampurkan dengan garam, keduanya tercampur dengan sangat baik dan jika proses ini dilihat secara mikroskopis, air tawar ini memecahkankan garam menjadi butiran butiran bermuatan yang yang secara kimia berinteraksi dengan air tawar, menjadikan air garam ini larutan yang baru, tidak sebagai air yang dicampur dengan garam garam yang melayang didalamnya, hal ini menyebabkan desalinasi air laut adalah proses yang sulit untuk dilakukan.

Desalinasi dapat dibagi menjadi dua yaitu desalinasi menggunakan panas dan desalinasi menggunakan reverse osmosis. Desalinasi menggunakan panas atau Thermal Desalination adalah proses desalinasi tertua, yaitu pada dasarnya memanaskan air laut hingga menjadi uap air, dikarenakan dalam suhu dimana air menguap garam tidak dapat menguap juga, didapatkan lah uap air yang murni, setelah itu uap air tersebut didinginkan sehingga cair Kembali lalu dapat disimpan. Namun hal ini memiliki beberapa kekurangan , terutama ketergantungan dengan digunakannya panas untuk membuat uap air, yang diperoleh dari membakar sesuatu yang dapat menghasilkan gas rumah kaca, akan tetapi penguapan air ini dapat juga diperoleh menggunakan sinar matahari yang pertama gratis dan yang kedua sangatlah banyak. Akan tetapi sinar matahari tidak konsisten dan di negara kita yang cuacanya sering mencung dan hujan hal ini mengurangi efisiensi dari proses perubahan air menjadi uap ini.

Proses Desalinasi kedua yaitu dengan menggunakan reverse osmosis. Proses ini dikembangkan pada tahun 1960. Proses reverse osmosis ini tidak menggunaan panas tetapi menggunakan membran penyaring yang sangat ketat dan air laut dipaksa melewati membran ini dengan ditekan menggunakan sesuatu yang sesuatu tersebut biasanya pompa atau piston. Saat air laut melewati membran ini, kandungan garam di dalamnya menjadi terpisah dan didapatkanlah air bersih. Dikarenakan proses ini tidak menggunakan panas dan hanya menggunakan penyaring membuat proses ini digemari oleh banyak daerah. Akan tetapi proses ini memiliki banyak perhatian. Perhatian ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu berapa banyak energi yang dibutuhkan, berapa dana yang dihabiskan, dan pengaruh terhadap lingkungan sekitar.

Desalinasi air laut merupakan proses yang membutuhkan energi yang sangat banyak, memerlukan biaya yang tidak murah, dan juga berdampak bagi lingkungan. Pertama,energi yang dibutuhkan sangatlah banyak dikarenakan sulitnya memutuskan jalinan hubungan antara air dengan garam. Hal yang menyebabkan desalinasi air laut sangat banyak digemari disebabkan oleh reabilitas, walaupun biaya yang dibutuhkan sangatlah tinggi, akan tetapi biaya ini dalam jangka waktu yang masih termasuk murah dari pada menggali sumur bor untuk mencari air bersih yang lama kelamaan akan habis juga. Daerah daerah yang biasanya memerlukan sistem desalinasai air ini adalah daerah pesisir yang padat penduduk dimana kebutuhan air bersihnya sangatlah tinggi. Desalinasi air laut juga merupakan proses yang membutuhkan energi yang banyak dan energi ini biasanya didapatkan dari pembangkit listrik, yang di Indonesia kebanyakan merupakan pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batubara yang menghasilkan banyak gas rumah kaca.

Masalah lainnya yaitu hasil akhir dari Desalinasi air laut yaitu brine atau air dengan konsentrasi garam yang sangat tinggi. Diarenakan untuk saat ini tidak ada sistem dengan 100% efisiensi, Desalinasi air laut kira kira hanya bisa menyaring 1 liter air bersih dari 2 liter air laut dengan sisa 1 liter brine. Brine ini berpotensi menimbulkan masalah dikarenakan konsentrasi brine ini tenggelam ke dasar laut dan berpotensi mengancam ekosistem di dasar laut. Masalah lainnya yaitu berada pada saluran masuk dari fasilitas desalinasi ini. Intake ini berpotensi menghisap ikan ikan atau biota laut lainnya masuk ke fasilitas desalinasi.

Dari semua masalah diatas mengapa kita masih menggunakan desalinasi air laut ?. jawabannya ada di rebilitas. Dikarenakan sistem ini memiliki sumber bahan mentah yang hampir tidak pernah habis dan dengan energi yang cukup, dapat menghasilkan air bersih secara stabil dan konstan tanpa ada pengaruh cuaca atau hal lainnya. Akan tetapi energi yang dibutuhkan sangatlah banyak dan juga energi ini didapatkan dari banyaknya pembangkit listrik bahan bakar batu bara yang cukup murah, hanya saja emisinya sangatlah tidak sehat.

Jadi apakah air laut adalah jawaban dari krisis air bersih? .Untuk saat ini jawabannya belum pasti, hal ini tergantung dari bagaimana kita dapat mengurangi kekurangan kekurangan dari sistem ini. Untuk masalah dari mana kita mendapatkan energi yang besar itu dari sistem yang ramah lingkungan? ,Jawabannya masih belum pasti dikarenakan belum adanya sistem ramah lingkungan dengan reabilitasnya tinggi, dan sistem pembangkit listrik yang kita punya yang mempunyai output besar dengan input yang kecil masih berada di pengbangkit tenaga nuklir. Untuk Masalah Brine ini kita di Indonesia bisa saja menggunakannya sebagai air berkandungan garam tinggi sebagai sumber dari garam, agar kita bisa berhenti mengimport garam dari negara lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun