Saya yang belum ada pengalaman  jadi ragu, tapi siapa yang bisa melawan panggilan alam?? Kandung kemih saya sudah penuh.
Toilet itu hanya berupa dinding batu tanpa pintu dan atap, di dalamnya hanya ada satu lubang  kecil dalam arti yang sebenarnya. Dibawah lubang kecil itu ada  ada sebuah lubang penampungan yang berisi kotoron dan tissue.
Tidak ada air untuk membersihkan diri, apalagi untuk membilas. Â Baunya?? Ya begitulah. Not too bad sih.
Saya bilang not too bad karena selama 10 hari perjalanan saya terpaksa dan survive  3 kali memenuhi panggilan alam di toilet seperti itu.
Banyak yang bertanya kenapa mereka buat toilet seperti itu?? Setelah saya pikir-pikir, toilet umum kering ini adalah bagian dari kearifan lokal.
Asia Tengah adalah wilayah yang dikenal dengan iklim yang kering dan gurun, dengan curah hujan yang sangat rendah dibandingkan dengan wilayah lain di dunia.
Jadi apapun yang masuk kedalam lobang itu akan mengering dengan cepat. Tapi jangan coba di Indonesia dimana udara lembab akan menciptakan proses 'fermentasi' lanjut dengan aroma yang lebih menyengat.
Kalau di Indonesia kita biasa pakai air  ala cebyar-cebyur, di Asia Tengah air adalah  sumber daya  yang diatur oleh pemerintah.
Seperti pengalaman kami ketika check in di sebuah hotel di Karakol, dimana tidak ada air karena ada pemadaman air diseluruh kota untuk mengairi tanah pertanian.
Jadi mikir, betapa boros air yang saya pakai untuk membilas kencing. Mungkin saya harus menyiapkan ember berisi air  dan  ciduk untuk membilas kencing di toilet duduk.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI