Mohon tunggu...
Nanda Aria
Nanda Aria Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Propaganda Amatiran Faisal Assegaf Terkait Reuni Alumni 212

29 November 2017   10:44 Diperbarui: 29 November 2017   10:58 3819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: VOAISLAM.com

Propaganda mengenai Reuni Alumni 212 kian gencar di media sosial.  Melalui propaganda dalam berbagai bentuk ini, mereka berharap bisa mengulang aksi 212 setahun lalu.

Seperti yang kita pahami bahwa aksi 212 setahun lalu ditujukan untuk menjatuhkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) karena diduga menista agama Islam. Tapi di balik itu, sebenarnya aksi tersebut berada dalam konteks pertarungan Pilkada DKI Jakarta.

Akibat dari merebaknya politik identitas, dimana sentimen SARA digunakan untuk menjatuhkan Ahok, secara sosiologis masyarakat semakin terpercah belah. Hal ini tentu sangat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Oleh karena itu, akan sangat 'ngawur' dan ahistoris bila ada yang menyebutkan bahwa Aksi 212 tersebut sebagai perjuangan moral belaka. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Faizal Assegaf, seorang mantan aktivis yang keblinger karena hasrat kuasanya sendiri.

Faisal Assegaf ini kerap mempublikasikan tulisan dengan konten yang misleading sehingga berpotensi menimbulkan adu domba antara pemerintah dengan masyarakat. Misalnya, ia memandang aksi Reuni 212 ini sebagai tonggak toleransi umat Islam, oleh karena itu ia memandang bahwa Presiden RI sebaiknya hadir dan turut menyuarakan kepentingan umat Islam. Menurutnya, aksi Reuni Alumni 212 ini juga murni kepentingan moral, tanpa latar belakang politik apapun.

Melihat analisa Faizal Assegaf itu membuktikan bahwa dirinya memang agitator yang buruk, tanpa memahami konteks yang tepat. Karena, tentu akan sangat naif bila kita menyebut Reuni Alumni 212 sebagai aksi moral belaka. Kita paham bahwa aksi tersebut digunakan untuk mengonsolidasikan kembali kelompok umat Islam melalui sentimen SARA. Tujuannya adalah untuk hal yang politis menjelang tahun politik 2018-2019.    

Hal itu dengan mudah bisa kita lihat dari tokoh politik yang memotori Reuni Alumni 212 ini. Selain Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, juga terdapat beberapa tokoh lainnya, seperti Prabowo Subianto, Yusril Ihza Mahendera, Amien Rais, dan Hidayat Nur Wahid. Dari mereka saja kita bisa menebak ke arah mana aksi ini diarahkan.

Terkait toleransi yang disebutkan Faizal Assegaf tadi, sebenarnya juga keblinger. Mana mungkin aksi toleransi dilandasi dengan semangat yang mengukuhkan ekslusivitas kelompok dan sentimen SARA.  

Toleransi tidak diukur dari keterlibatan dalam aksi 212, melainkan sikap aktif untuk ambil bagian menjaga kehidupan yang rukun dan damai dengan seluruh elemen masyarakat Indonesia. Dan, itu tidak terbatas hanya pada dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan oleh kelompok-kelompok tertentu saja.

Upaya untuk terus kritis terhadap segala propaganda yang berdasarkan isu SARA ini perlu dilakukan. Tujuannya agar memberikan penerangan pada yang lain agar tak terjebak pada penggiringan opini yang menyesatkan.

Semoga Indonesia ke depan kembali pada semangat Bhinneka Tunggal Ika, bahwa kita memang berbeda secara identitas baik, agama, suku, etnis, ataupun golongan politik, namun kita tetap satu yaitu Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun