Selain transparansi, kecepatan juga penting. Tak jarang proses pemeriksaan memakan waktu terlalu lama, sampai merusak momentum pertandingan. Mungkin perlu aturan yang lebih ketat misalnya batas waktu maksimal dua menit untuk pengambilan keputusan. Karena semakin lama jeda, semakin hilang pula ritme dan emosi permainan.
Namun, di tengah segala kritik, kita tidak bisa menutup mata bahwa VAR telah menjadi bagian dari evolusi sepak bola modern. Dunia berubah, dan olahraga pun harus ikut beradaptasi. Sama halnya dengan adanya teknologi goal-line yang kini sudah diterima luas, mungkin suatu hari VAR juga akan menemukan bentuk idealnya. Tapi perjalanan ke sana masih panjang.
Banyak yang lupa, esensi dari sepak bola bukanlah tentang siapa yang paling benar, tetapi siapa yang paling berani bermain. Dalam setiap kesalahan, ada pelajaran; dalam setiap keputusan yang tidak adil, ada cerita. Sepak bola tumbuh karena drama-drama semacam itu---karena emosi yang tidak bisa diukur oleh teknologi. Jika semuanya dibuat sempurna dan tanpa cela, maka apa yang tersisa untuk kita rasakan?
Di sinilah manusia dan teknologi perlu berdamai. VAR bisa menjadi alat yang membantu, tapi jangan sampai menjadi penguasa yang menentukan segalanya. Wasit tetap harus punya peran utama, bukan hanya sebagai "penyampai keputusan dari layar." Dan yang lebih penting, sepak bola harus tetap memberi ruang bagi rasa: kegembiraan, kemarahan, ketidakpastian, semua itu yang membuatnya hidup.
Barangkali solusi terbaik bukan menolak atau menghapus VAR, melainkan menyesuaikannya dengan ruh permainan. Membuatnya lebih cepat, lebih terbuka, dan lebih adil secara emosional. Karena pada akhirnya, sepak bola bukan hanya tentang keadilan dalam angka atau garis, tapi juga tentang bagaimana emosi jutaan orang bersatu dalam satu teriakan: "GOOOL!"
Selama momen itu masih ada teriakan spontan yang membuat bulu kuduk merinding maka sepak bola masih punya jantungnya. Dan semoga, teknologi seperti VAR suatu hari nanti bisa bekerja tanpa merenggut denyut kehidupan yang membuat kita jatuh cinta pada permainan ini sejak awal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI