Mohon tunggu...
aria gardhadipura
aria gardhadipura Mohon Tunggu... lainnya -

...melahap dunia menjadi pertandingan sepakbola penuh suporter yang siap membunuh jika papan skor tak sesuai selera... (homicide)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

(Not Just) Me and The City

16 Mei 2012   16:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:12 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah para suporter United (yang sebaya dengan saya khususnya) tahu bagaimana sejarah timnya terbentuk? Entahlah, yang jelas saya masih maklum jika ada suporter United yang dibawah saya umurnya masih berkoar-koar City adalah tim instan yang kaya raya, saya abaikan, karena saya tahu mereka hanyalah suporter yang sama seperti cacian mereka sendiri kepada suporter City, glory hunter. Tapi jika suporter United yang sebaya dengan saya atau diatas umur saya masih berkoar-koar tentang hal tersebut, maaf saja, saya malu kenal dengan anda.

The “foot of god”, the moment that change history, the moment that made me cry

The three saviour

Not in my lifetime, ucap SAF sambil menyaksikan situasi yang ia harap tidak pernah terjadi. Gol ketiga dari kaki Aguero membuat everything is possible, lima menit terakhir yang terjadi di Etihad Stadium saat itu menunjukan bahwa inilah sepakbola, lahir karena passion dan hasrat ingin menang dan menyenangkan para suporter. Momen itulah yang membuat saya terdiam sesaat, inikah rasanya menjadi suporter City? Saya mungkin belum berusia 44 tahun, tapi saya sudah berusia 4 tahun ketika menjadi penggemar City sampai sekarang, saya merasakan sesuatu yang sangat dramatis saat itu, perasaan saya bak diaduk-aduk di pertandingan paling bersejarah di Liga Inggris kemarin.

Saya melihat seorang pria setengah baya yang memakai baju City bertuliskan “I’ve been there, 13-05-12” duduk terdiam di atas rumput hijau sambil menangis ketika yang lain sedang bersorak sorai, gembira dan terlarut-larut dalam pesta terbesar selama hampir setengah abad penantian. Ya, saya mengerti perasaan pria tersebut, bagaimana rasanya menjadi suporter City yang selalu dicaci maki, ditertawakan, diejek dan tidak dianggap oleh para suporter united selama 20 tahun lamanya sampai akhirnya bisa merasakan, inikah rasanya jadi juara? “The mockery is over” ujar Martin Samuel ketika mengekspresikan kemenangan City bagi para suporter setia di artikel yang ditulisnya tidak lama ketika Kompany mengangkat piala perak tersebut.

Bagi saya pribadi, City memang pantas juara tahun ini, dari semua pertandingannya yang sempat saya tonton di musim ini, City selalu bermain lebih impresif dan lebih menghibur dari sepakbola yang dimainkan tetangganya. Entah apa yang bakal keluar dari mulut SAF jika United yang jadi juara kemarin, saya berharap dengan kemenangan City menjadi kampiun baru di Inggris bisa membuat SAF sadar bahwa idiom “mulutmu harimau-mu” itu benar adanya.

The architect of dream team

City memang pantas juara, tertinggal delapan poin bagaikan jatuh ke jurang terdalam tapi berhasil selamat dan bangkit kembali. City selalu bermain lebih baik, satu-satunya kontroversial yang ada adalah dari dalam timnya sendiri yang saya juga akui memang konyol dan merugikan, menurut saya tindakan liar Balotelli dan perbuatan radikal Tevez adalah satu-satunya catatan hitam yang dimiliki City, selain itu? Saya berani jamin tidak ada sesuatu yang diluar batas seperti hal-hal konyol diving hingga “fergie-time”, bahkan “city-time” kemarin pun terjadi murni karena kegilaan Joey Barton. Jika ingin menilai secara objektif, saya berani jamin, siapapun yang suka sepakbola dan melihat pertandingan City selama musim ini pasti akan mengatakan bahwa City bermain dengan fair play (diluar catatan hitam yang saya sebutkan sebelumnya), penuh passion dan lebih indah dari rivalnya.

Sekali lagi, saya tidak mau membicarakan masalah uang, karena saya sendiri termasuk orang yang tidak setuju dengan bongkar pasang pemain yang dilakukan City, tapi mungkin hal-hal tersebut memang dibutuhkan, dan setiap tim mempunyai rejekinya masing-masing untuk bisa menjadi yang terbaik, mungkin uang adalah jalan City menuju kesuksesan, dan mungkin ini memang saatnya para pecinta sepakbola diluar sana lebih membuka mata dan berpikiran jauh kedepan terhadap apa yang terjadi sebenarnya di dunia sepakbola. Entah berapa lama saya terdoktrin dengan pernyataan-pernyataan “pembinaan pemain muda yang dilakukan United lebih baik daripada belanja besar-besaran” ketika faktanya adalah skuad yang turun melawan Sunderland kemarin lebih “mahal” daripada sebelas orang yang melawan QPR di Etihad Stadium. Ya, disitulah, jika anda memang pecinta sepakbola harus bicara berdasarkan fakta yang terjadi daripada hanya membicarakan masalah nominal dan digit belaka.

Ya, diluar berapa trilliun uang yang sudah diinvestasikan oleh Sheikh Mansour kepada City selama empat tahun ini, City telah mengajarkan saya untuk tidak berhenti bermimpi dan berharap pada keajaiban. Maybe not in your lifetime, but in my lifetime, I dare to dream like City did. Terima kasih untuk teman saya Peyeum yang telah mengenalkan saya kepada Manchester City, mungkin jika tidak ada malam itu, saya sampai sekarang masih tidak peduli dengan yang namanya sepakbola.

Bluemoon rising

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun