Mohon tunggu...
Astukah Resti Dirindari
Astukah Resti Dirindari Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Membaca suka tantangan dan ingin terus berkarya dan mengabadikan dalam sebuah buku

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kutemukan Asaku Kembali di BM PGRI

8 Oktober 2022   23:11 Diperbarui: 10 Oktober 2022   14:23 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seberapa banyak Anda mencoba dan seberapa sering Anda gagal. Coba pejamkan mata dan renungkan apa yang pernah anda lalui diperjalana hidupmu. Setiap orang pasti pernah gagal. Dan setiap orang pasti pernah terhenti di sebuah perjalanan, baik itu perjalanan nyata maupun perjalanan spiritual. Jika anda pernah gagal dalam suatu urusan, janganlah sedih ataupun galau karena kegagalan itu langkah awal untuk meraih kesuksesan bagi mereka yang berfikir dan ingat akan janji Alloh bahwasanya Alloh tidak akan menguji seseorang sesuai dengan kesanggupannya.

Akan ku ceritakan sedikit kisah tentang cita-citaku ingin jadi penulis yang tertunda. Mengapa ku bilang tertunda tidak bilang gagal, karena dalam diriku selalu kutanamkan bahwa kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda bukan musibah yang menakutkan. Semoga sahabat-sahabat penaku dan para pembaca bisa mengambil hikmah dari kisah ku ini.

Menulis adalah kesukaan ku sejak dari masih duduk di bangku SD, meski waktu itu hanya corat-coret sebuah puisi dan cerita tentang kisah ku dan teman-teman sebaya. Di sekolah menengah sempat membuat cerita lucu-lucuan dan ku jual ke teman-teman yang menyukai ceritaku. Memasuki sekolah menengah atas ku tak lagi menulis namun lebih senang ke dunia olah-raga. Kata orang waktu itu aku ini anaknya tomboy, karena suka kegiatan yang disukai anak laki-laki. Seperti Basket, Tenis meja, Bola mini, Bilyard, silat bahkan bermain catur. Keasikan di dunia olah raga membuat ku berhenti menulis bahkan lupa sama sekali. Bahkan hobiku bermain catur dan kebiasaan tenis meja bisa mengharumkan nama perusahaan tempat saya bekerja. Karena setiap ada event perlombaan antar perusahaan a selalu maju menjadi utusan dan alhamdulilah dapet juga juara dan piala. Dan sekarang di sekolah tempatku mengajar aku menjadi pelatih ekstrakulikuler untuk melatih catur anak-anak. Padahal catur dan tenis meja itu bukan impianku hanya sebuah kebiasaan yang terus dimainkan.

Suatu hari aku tersadar dengan keinginanku untuk menjadi penulis. Waktu itu aku bekerja di sebuah perusahaan Jepang dan tinggal di sebuah kawasan yang penuh dengan aktivitas dan kegiatan anak remaja. Di kawasan Batamindo ini aku mulai mencoba ikut bergabung dengan kelompok kepenulisan. Gelora mudaku yang penuh semangat kadang membuatku bosan untuk mengikuti kegiatan kepenulisan yang ku anggap tak punya visi dan misi. Kenapa saya bilang tak ada visi, karena kegiatan yang kami lakukan hanya kegiatan nulis bareng dan hasilnya tak pernah diapresiasi apalagi dievaluasi. Hanya beberapa bulan aku pindah lagi ke organisasi lainnya yang lebih menantang. Dan tentu saja aku tak lagi aktif menulis.

Kegagalan seharusnya menjadi guru bagi kita, bukan sesuatu yang menentukan hidup kita. Kegagalan dapat ditunda, namun tidak dapat dikalahkan. Kegagalan hanya sebuah bagian dari perjalanan, bukan akhir dari segalanya. -- Denis Waitley

Waktu bergulir begitu cepat. Saat usia memasuki senja kini mulai tersadar bahwa yang telah dilalui harus dituliskan. Apalagi saat ini berkecimpung di dunia pendidikan, menulis merupakan sesuatu yang tak bisa di pisahkan. Kususuri lagi jalan-jalan hilang itu. Setiap ada webinar dan workshop tentang kepenulisan sering kuikuti. Namun tak jua kutemukan passion di sana. Setelah kegiatan selesai tidak ada lagi tindak lanjutnya. Pernah sekali membuat buku antologi bersama, tetapi dengan biaya yang cukup mahal semua juga tak ada artinya. Sertifikat kepenulisan hanya jadi tumpukan berkas di balik laci meja tanpa makna. Sekali lagi aku terhenti, dan enggan untuk menulis lagi. Aku merasa semua yang kutulis tidak berarti dan hanya buang-buang waktu saja.

Suatu ketika aku mengenal BM PGRI, pertama yang ada di benakku sama dengan workshop yang lain yaitu kegiatan kepenulisan yang hanya mengisi waktu. Sedikit enggan kuikuti acara pembukaan melalui zoom meeting. Di acara pembukaan tersebut mata saya tertuju dengan sosok bapak Brian Prastyawan yang mempesona. Menurut saya beliau itu orangnya humble dan baik hati. Ada ketertarikan untuk mengikuti pelatihan ini sampai usai. Apalagi di pertemuan pertama pemateri bapak Dr. Wijaya Kusuma, M.Pd. atau biasa di panggil Om Jay. Pesonanya mampu membuat gairah menulisku bangkit kembali. Dan tanpa kusadari hari ini sudah memasuk pertemuan ke 21 membersemai bersama nara sumber yang luar biasa dalam kepenulisan. Kehangatan bebersamaan, tantangan yang menyenangkan, dan kepedulian sesama peserta untuk kemajuan bersama itu yang membuatku betah berada di grup ini. Asaku kembali terasah, semangat menulisku kembali membuncah. Kalau aku pernah terhenti semoga mulai saat ini aku akan terus berlari menggapai mimpi.

Berikut trik ketika writer's blog sesuai pengalaman pribadiku:

Kenali apa penyebabnya

Jangan menulis karena terpaksa

Jadikan tulisanmu sebagai asa

Nikmati tulisanmu sebagai hobi.

Cari komunitas menulis yang sesuai passionmu.

Selamat mencoba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun