Saat menikmati nasi gudeg di sebuah warung di Krapyak, Yogyakarta tetiba saya ingat tentang pohon nangka. Pohon yang banyak ditanam di kebun maupun di halaman depan rumah.Â
Begitu banyak pohon nangka di pelosok desa sehingga ada desa bernama Karang Nongko yang artinya banyak kebun nangka.Â
Pohon nangka bagi orang Jawa merupakan pohon yang serba guna. Mulai dari batang pohon hingga daunnya bisa dimanfaatkan. Nama bagian-bagian pohonnya pun berbeda-beda.
Batang pohon merupakan salah satu pohon yang seratnya melintir sehingga tidak bisa digunakan sebagai perkakas rumah tangga dan daun pintu serta jendela.
Tetapi batang pohon nangka mempunyai kelebihan dengan adanya getah sehingga tidak mudah dimakan ngengat dan rayap. Kelebihan inilah yang membuat batang pohon nangka lebih banyak digunakan sebagai tabung alat musik tabuh: kendang atau gendang.
Bunga nangka namanya angkup yang mempunyai dua kelopak daun seperti sayap cengkerik atau jangkrik. Pada malam hari dua kelopak angkup sedikit terbuka dan bila tertiup lembut angin, maka keduanya akan bergesekan seperti sayap jangkrik mengerik dan mengeluarkan bunyi nyaring pip... pip... pip... pip...