Gerimis pagi baru saja selesai ketika kami berniat berjalan kaki dari hotel menuju Telaga Sarangan untuk sarapan. Belum sempat keluar dari halaman hotel, seorang perempuan lansia penjaja makanan menawarkan telor rebus ayam kampung dan ketan bubuk.
Melihat keuletan dan keberanian masuk ke halaman hotel bahkan dengan suara lembut menawarkan dagangannya, kami pun membeli 5 butir telor seharga 20 ribu rupiah. Dan sepincuk ketan bubuk seharga 5 ribu rupiah. Lumayan murah untuk daerah wisata.
Dalam sehari dengan berjalan sekitar 6-7 km sekitar Telaga Sarangan, rerata ibu ini bisa menjual 20 butir telor rebus dan 3 kg ketan. Sungguh tangguh perempuan ini.
Di tepian Telaga Sarangan, banyak juga ditemui perempuan-perempuan tangguh seperti ini yang keliling menawarkan makanan ringan, bakso, cilok, dan nasi pecel. Bukan hanya perempuan-perempuan lansia tetapi juga perempuan muda. Sekali waktu mereka berhenti di tempat banyak wisatawan duduk-duduk menikmati keindahan Telaga Sarangan.
Adanya pedagang keliling, bukan hanya menarik wisatawan tetapi juga petani-petani yang ladangnya berada di tepi Telaga Sarangan. Terutama tepi sebelah timur.
Ramainya wisatawan hingga tengah malam membuat banyak warung lesehan di tepi Telaga Sarangan yang buka 24 jam.