Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hari Rabu Abu, Awal Pantang dan Puasa Umat Katolik

5 Maret 2025   17:26 Diperbarui: 6 Maret 2025   06:21 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau.

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Allah di surga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau menggembar-gemborkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang." (Matius 6:1-2)

Dokumen pribadi. 
Dokumen pribadi. 

0 0 0

Pertobatan sejati pada masa Pra Paskah diawali dengan perayaan sakramen ekaristi di gereja pada Rabu Abu dimana setiap orang yang hadir diolesi abu dengan bentuk tanda salib pada dahinya oleh imam dengan dibantu oleh biarawan-biarawati atau asisten imam.

Abu terbuat dari pembakaran daun-daun palma kering yang telah diberkati dan dibagikan pada perayaan Minggu Palma pada masa pekan suci menjelang paskah tahun sebelumnya.

Tak layak aku tengadah menatap wajahMu namun tetap kupercaya maha rahim Engkau. | Dokumen pribadi
Tak layak aku tengadah menatap wajahMu namun tetap kupercaya maha rahim Engkau. | Dokumen pribadi

Abu merupakan lambang dari debu tanah yang digunakan Allah Pencipta Alam Semesta untuk menciptakan manusia.

Diolesi dengan abu, manusia diajak menyadari bahwa dirinya hanyalah debu dan akan menjadi debu. Untuk itu hendaknya selalu berserah diri pada Allah Sang Maha Kuasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun