Di Desa Kebonsari, Tumpang Kabupaten Malang Jumat malam, 14 Februari 2025 sebenarnya bulan purnama. Sayang sekali mendung menutupi langit sehingga purnamasidhi atau bulan purnama tidak menampakkan diri.
Beruntung tidak hujan atau gerimis sehingga sebagian orang, remaja, dan anak-anak masih bisa bermain jaranan atau jaran kepang dor di halaman rumah.
Salah satunya di halaman rumah Pak Rofik seorang seniman jaran kepang di Tumpang dan menjadi sekretariat lembaga adat Desa Tumpang, Kabupaten Malang. Â
Malam itu ada sekitar 30 seniman jaran kepang termasuk Ki Sholeh Adi Pramono pandega Padepokan Seni Mangun Darmo.
Ada juga 40 remaja putra-putri usia SD hingga SMA yang merupakan pemain jaran kepang, panjak atau penabuh karawitan dan waranggana atau penyanyi tembang yang diiringi karawitan.
Jam 8 malam penampilan jaran kepang dimulai dan berakhir jam 9.30. Satu setengah jam menari non-stop. Luar biasa.
Tiga puluh menit pertama selain diiringi karawitan juga dilantunkan tembang macapat Malangan yang mengisahkan sejarah jaran kepang di Malang berdasarkan prasasti lontar dari Desa Wagir.
Pelantun tembang macapat seperti biasa Ki Sholeh Adi Pramono sendiri.
Selesai penampilan jaran kepang dor dilanjutkan berbincang tentang sejarah serta bagaimana melestarikan seni budaya ini.
Desa Kebonsari, Tumpang, Poncokusumo, Malangsuko, Gunungsari, Glagah Dawa, dan sekitarnya yang ada di timur dan tenggara Malang merupakan desa dengan budaya yang kental.Â
Seni tari topeng Malang berdasarkan kisah Panji dan seni bantengan serta jaran kepang dor hampir tiap minggu selalu ditampilkan.