Hari raya lebaran memang identik dengan pakaian baru. Terutama bagi anak-anak dan sebagian kaum muda.
Pakaian baru melambangkan manusia baru yang telah kembali ke fitri.
Bagi kaum tua dan sebagian kaum muda pakaian baru bukanlah sebuah keharusan. Terpenting hati, jiwa, dan semangat sebagai manusia baru.
Pakaian baru tak harus membeli di toko. Apalagi bagi mereka dengan pendapatan tak menentu dan pas-pasan.
Pas untuk makan minum, pas untuk membayar listrik dan air, pas untuk beli elpiji, dan pas untuk menyaur hutang.
Pakaian baru bisa berarti pakaian yang baru dimiliki dan baru dibeli. Sekalipun baru dibeli dari pasar loak.
Pingin sih membeli di sebuah mall yang katanya ada potongan harga besar-besaran. Tapi berbekal uang tak lebih dari seratus ribu  sungguh kikuk masuk ke pertokoan. Apalagi dengan penampilan diri yang sangat sangat sederhana. Pasar loak pun tak masalah.
Kalo toh membeli yang betul-betul baru paling banter kopiah atau sandal yang harganya tak lebih dari dua puluh lima ribu rupiah.