Selanjutnya melantunkan tembang macapat dandanggula yang diulang-ulang dengan lembut. Di sinilah sakralitas dan keheningan suasana demikian terasa apalagi mendung menggelayut tebal dan dinginnya cuaca menyelimuti hampir seluruh wilayah ini. Demikian juga saat seluruh umat memberi hormat kepada Ibu Bumi dengan cara menunduk ke arah empat mata angin yang dikuasai Ibu Bumi.
Setelah penghormatan ini, dilanjutkan ungkapan ujub khusus dari sebagian umat yang mohon doa bagi kedamaian leluhur atau ucapan syukur. Penyampaian ujub khusus ini ditulis pada selembar  kertas dengan huruf  Jawa dan dibaca oleh seorang petugas.Â
Bagi umat yang mohon doa harus berdiri di depan altar menghadap Sang Buddha. Kertas bertulisan ujub khusus ini lalu dibakar di cupu tempat pembakaran dupa.Selesai penyampaian ujub khusus dilanjutkan renungan oleh sesepuh dan ditutup dengan doa oleh tiga orang pemimpin agama yang menghadap ke umat dan sesaji. Sebagai akhir dilantunkan tembang macapat pangkur oleh semua yang hadir.
Jam 13.30 puja sesanti selesai. Sesembahan nasi liwet yang dibawa dari rumah diambil untuk  disantap bersama keluarga dan tamu yang diundang. Tak semua sesaji dihabiskan tetapi sebagian dibawa kembali ke rumah untuk dimakan oleh keluarga yang tak bisa hadir.
Beberapa ibu dan wanita membersihkan karpet sedang para pria mengemas pengeras suara. Seorang gadis kecil nan manis mengambil sesembahan dan dibungkusnya lagi untuk disajikan di rumah.