Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa, Kardus Sumbangan, dan Jabatan

9 Agustus 2018   10:14 Diperbarui: 9 Agustus 2018   10:19 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Republika.co.id

Hampir setiap kali ada bencana alam atau tragedi kemanusiaan, apalagi jika mengakibatkan kerugian materi karena rusaknya rumah warga, infrastruktur, ditambah lagi adanya korban luka dan jiwa, tentu akan mengundang rasa empati bagi mereka yang tersentuh nilai kemanusiaanya. Rasa solidaritas pun muncul untuk memberi bantuan, entah sebagai relawan atau memberi bantuan materi atau finansial.

Komunitas-komunitas dan LSM dari mahasiswa atau pemuda pun bergerak untuk mengumpulkan dan mencari bantuan sukarela dengan cara mereka masing-masing. 

Ada yang meminta sumbangan kepada tokoh masyarakat, tokoh politik, pengusaha, dan yang paling mudah dijumpai adalah mengumpulkan sumbangan sukarela di persimpangan-persimpangan jalan yang ramai. 

Dengan sedikit celoteh dan berbekal kardus bekas kemasan makanan atau barang elektronik, mereka berharap para pengguna jalan mau menyisihkan sebagian uangnya untuk dimasukkan kardus sebagai wujud sumbangan.

JawaPos.com
JawaPos.com
Bukanlah hal yang salah menggalang dana seperti ini, asal disalurkan dengan benar seberapa pun hasilnya. Bahwa ada pandangan miring dengan sebutan "mahasiswa kardus atau pemuda kardus" karena  cuma mengumpulkan sumbangan saja daripada menjadi sukarelawan yang langsung terjun ke lapangan. Namun harus dipahami, menjadi sukarelawan bukanlah hal yang mudah jika tanpa ketrampilan yang memadai. Sebab justru akan membebani seperti yang pernah terjadi di Aceh dan Nias kala ada bencana alam tsunami beberapa tahun silam.

Apa pun yang dilakukan para mahasiswa atau pemuda seperti itu haruslah didukung dan sebaiknya memberi sumbangan sesuai dengan kemampuan kita. Berapa pun jumlahnya, pasti akan diterima mereka dengan senang hati. Tentu saja sumbangan ini sebaiknya tanpa pamrih sekali pun sekedar pujian.

Tak perlu menyumbang sekian puluh atau sekian ratus milyard dan dimasukkan ke dalam kardus tapi berharap sebuah kekuasaan atau kedudukan. Sehingga nanti disebut "Tokoh Kardus"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun